Organisasi Guru Dukung Pemerataan Pendidikan Lewat POP Kemendikbud

Minggu, 21 Maret 2021 – 23:09 WIB
Ilustrasi Program Organisasi Penggerak. Foto: sekolahpenggerakkemdikbudgoid

jpnn.com, JAKARTA - Program Organisasi Penggerak (POP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dinilai menjadi salah satu upaya pemerintah di bidang pendidikan untuk menyelesaikan masalah yang ada selama ini.

Perwakilan Pengurus Pusat IGTKI PGRI Nita Priyanti mengatakan, dengan menggandeng organisasi profesi, POP bisa menjadi upaya pemerintah meningkatkan mutu pendidikan.

BACA JUGA: Dukung Program Organisasi Penggerak Kemendikbud, Azwar Anas: Ini Saatnya Mendorong Partisipasi Masyarakat

"Selain itu program ini bisa mendukung pemerataan pendidikan di wilayah yang selama ini sulit terjangkau oleh pemerintah,” tutur Nita.

Wanita yang juga praktisi pendidikan anak usia dini ini menjelaskan, IGTKI PGRI pada usianya yang sudah mencapai 70 tahun senantiasa membantu pemerintah, khususnya dalam pengembangan kompetensi guru taman kanak-kanak.

BACA JUGA: Penampilan Baru Mantan Istri Zumi Zola jadi Sorotan

Kehadiran POP dinilai sejalan dengan tujuan organisasi untuk membangun generasi cerdas, sehat, dan berakhlak mulia.

Menurutnya, IGTKI PGRI  telah melewati tahapan yang cukup ketat dalam seleksi POP dan siap melaksanakan program ini.

BACA JUGA: PT JBM Jadi Pabrik Gula Pertama Milik Pribumi dan Terbesar di Asia Tenggara

“Kami telah membuat grup khusus yang akan kami berikan intervensi sehingga memudahkan untuk berkolaborasi dalam segala hal. Sumberdaya manusia juga sudah kami persiapkan dengan baik sehingga Insha Allah kami siap melaksanakan program ini,” jelas Nita.

Sementara, Arfah Azikin Ketua Tim POP Ikatan Guru Indonesia (IGI), juga menegaskan berkomitmen untuk terus ikut bersama Kemendikbud dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Selama ini IGI memiliki praktik yang telah terlaksana dalam mengembangkan kompetensi guru di dunia pendidikan.

Menurut Arfah, IGI telah mengikuti seluruh rangkaian seleksi POP, termasuk revisi rancangan anggaran dan biaya (RAB) yang merupakan proses akhir.

“Alhamdulillah kami saat ini sedang menunggu undangan untuk menandatangani nota kesepahaman dengan pihak kementerian,” kata dia.

IGI pun siap mendukung penuh program ini sebagai agenda meningkatkan kompetensi guru dengan menyasar kabupaten yang belum tersentuh perkembangan teknologi.

Nantinya, IGI hanya menyasar Garut sebagai satu-satunya kabupaten di Jawa sebagai daerah sasaran.

Sementara sebagian besar program akan diarahkan di daerah terluar, terpencil, dan tertinggal (3T). Contohnya, Sumatera (daerah pegunungan seperti Rokan Hulu, pesisir di Indragiri hilir, dan Aceh Utara), Kalimantan (daerah yang baru terbuka seperti Gunung Mas dan Pulang Pisau), serta Sulawesi (kepulauan Talaud yang berbatasan dengan Filipina, termasuk kepulauan di Sulawesi Tengah).

“Sasaran kami adalah daerah-daerah 3T karena kami yakin itulah kekuatan kami. Kami membantu pihak kementerian untuk menyasar sampai daerah-daerah pelosok. Makanya kami tidak menyasar daerah-daerah Jawa, daerah yang sudah berkembang, Makasar juga tidak kami sasar karena kami anggap sudah sangat terbantu dengan keadaan fasilitas sarana selama ini,” ulasnya.

IGI optimistis perannya di POP mampu membantu mengatasi kesenjangan pendidikan di daerah pegunungan, pesisir, dan kepulauan.

Menurut Arfah, IGI tidak akan bisa bergerak sendiri tanpa kolaborasi dengan POP dan organisasi lain yang berada dalam program ini.

“Kami butuh dukungan pemerintah daerah dalam bentuk akses untuk mobilisasi guru-guru dan kepala sekolah mereka untuk kami bimbing dalam program yang sudah kami desain ini,” tukas Arfah.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Akui Oplas, Angela Lee: Dibersihin Darah di Dalamnya


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler