jpnn.com, SURABAYA - Rumah Sakit Umum Daerah dr Soetomo (RSDS) sebagai salah satu rumah sakit rujukan tersier bisa menjadi pilihan masyarakat dalam bedah plastik rekonstruksi.
Beberapa kasus pernah ditangani oleh tim dokter dari multidisiplin yang berpengalaman.
BACA JUGA: Tiga Kunci Pernikahan Awet ala Budhi dan Ursula
Salah satu divisi yang dimiliki RSDS ialah bedah plastik kraniofacial atau wajah. Pada bidang ini tak hanya menangani perbaikan struktur wajah untuk estetika atau rekonstruksi pada kasus trauma.
BACA JUGA: Wahai Wanita Perokok, Baca Tulisan Ini
Divisi bedah kraniofacial membantu menangani kasus tertentu pada masyarakat dengan kelainan bawaan tertentu pada bagian wajah.
Orthognathic surgery atau bedah rahang menjadi pengerjaan yang sering dilakukan oleh tim bedah RSDS.
BACA JUGA: Kamu Selalu Lapar? Bahan Ini Bisa Disalahkan
Pembedahan ini membantu memperbaiki fungsi jalan pernafasan pasien dengan kelainan bawaan tertentu ataupun mereparasi struktur wajah yang tidak normal.
Spesialis Bedah Plastik Kraniofacial RSDS Magda R Hutagalung Holidaya. dr., SpBPRE (KKF) mengatakan, bedah ortognatik merupakan prosedur operasi dengan teknik pembedahan untuk mereposisi gangguan atau kelainan pada bentuk rahang.
”Prosedur ini pada praktiknya tidak hanya terbatas pada perbaikan pada rahang, melainkan meliputi juga gusi dan gigi,” ujar Magda.
Alumnus spesialis bedah FK Unair ini menambahkan, bahwa pada prakteknya orthognatic seringkali menangani adanya kelainan rahang yang tidak bisa lagi ditangani oleh pemasangan behel atau kawat gigi oleh spesialis ortodonti.
”Untuk pemakaian behel itu kan terbatas. Dan orthognatic ini dilakukan pada pasien yang rahangnya bergeser melebihi ukuran umumnya,” ujar Magda.
Beberapa kasus yang membutuhkan bantuan orthognathic surgery, di antaranya, bentuk dagu yang terlalu kecil, bentuk rahang atas yang maju (tonggos), rahang bawah lebih maju (cameh), dan kelainan pada sendi bagian rahang.
Di luar itu, orthognatic juga untuk menangani kasus kecelakaan yang mengakibatkan gangguan bentuk pada wajah, pasien dengan kelainan pada langit-langit mulut dan bibir (bibir sumbing), serta kasus atau pasien lain karena faktor keturunan.
Kasus dengan faktor keturunan juga menjadi salah satu yang sering ditangani. Sindrom crouzon misalnya, menutupnya tulang tengkorak terlalu dini membuat struktur wajah tertarik ke bagian belakang sehingga kelopak mata tidak bisa tertutup sempurna.
Hal ini mengancam keberlangsungan kondisi bola mata. Magda mengatakan, diputuskannya pembedahan orthognatic akan dilakukan ketika kondisi fungsi organ pasien terancam.
Misalnya, kondisi kelainan menyebabkan jalur pernafasan terganggu atau mengganggu organ mata.
”Kita konsultasikan dulu kita terima apa keluhan mereka yang sangat mengganggu, terutama seperti pernafasan, serta penglihatan. Fungsi Nafas itu prioritas. Kalau untuk kecantikan itu selanjutnya,” ujarnya Pelaksanaan operasi rahang atau orthognathic surgery melibatkan dokter spesialis bedah plastik craniofacial dan dokter gigi spesialis orthodonti.
Operasi biasa dipusatkan di Gedung Pusat Bedah Terpadu (GPBT) yang dimiliki RSDS. Magda mengatakan, perencanaan operasi dilakukan secara matang oleh setiap dokter yang bertugas dalam tim.
Termasuk menyiapkan dummy kondisi rahang pasien yang hendak dioperasi. Alat ini sebagai peraga bagi tim dokter.
”Perhitungan kita lakukan secara matang. Harus digeser berapa milimeter atau misalnya perlu dipotong berapa milimeter. Kami siapkan juga plat yang disesuaikan rahang gigi pasien,” urainya.
Dalam timnya, Magda mengungkapkan ada empat dokter spesialis, yakni Magda sendiri bersama spesialis kraniofacial dr. Lobredia Zarasade, Sp.BP-RE (KKF) dan dr. Indri Putri Laksmi, Sp.BP-RE (KKF) dan spesialis Ortodonti drg. Yusuf, Sp.Ort serta drg. Narmada, Sp.Ort.
Operasi dilakukan dengan bius umum atau total dan biasanya berlangsung selama beberapa jam. Sebelumnya, pasien dikondisikan terlebih dahulu agar dalam keadaan yang prima.
Setelah dilakukan operasi orthognathic surgery, pasien disarankan untuk tidak merokok dan menjaga kebersihan gigi dan mulut agar proses penyembuhan berlangsung secara lebih cepat.
”Utamanya pasien disarankan agar melakukan kontrol rutin pascaoperasi,” ujarnya. (psy/nug)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Khawatir tentang Uang saat Hamil, Dampaknya pada Bayi
Redaktur : Tim Redaksi