jpnn.com, JAKARTA - Target Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang membawa partainya masuk tiga besar Pemilu 2019 tidak sembarangan. OSO, panggilan akrabnya, memastikan bahwa semua infrastruktur partai harus bergerak meraih kemenangan.
Termasuk kemenangan calon presiden dan calon wakil presiden yang diusung, Joko Widodo – KH Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.
BACA JUGA: Dahysat! OSO Target Hanura Tiga Besar, Jokowi - Kiai Maruf Menang
Berbicara dalam Rapat Koordinasi Bappilu, Badan Saksi, dan Optimalisasi Partai Hanura di Jakarta, Rabu (6/2), OSO mengajak kadernya untuk menjaga komitmen, loyalitas, dedikasi dan kebersamaan.
Sebagai ketum, OSO sudah memberikan contoh berkomitmen, berdedikasi dan loyal kepada partai. Karena itu, OSO menegaskan, berkali-kali ada upaya mencoba mendesaknya mundur sebagai ketua umum.
BACA JUGA: Bedah Pencoretan OSO dari DCT DPD, Fraksi Hanura Gelar Diskusi Publik
Namun, karena komitmen kuat kepada partai, OSO memastikan tidak akan pernah mundur dari partai yang dipimpinnya. “Saya punya komitmen kepada partai. Saya tidak akan mundur dari Partai Hanura,” kata OSO.
Dia menegaskan, silakan saja melakukan apa pun untuk menjegal maupun membuatnya mundur dari partai. Namun sekali lagi, senator asal Kalimantan Barat (Kalbar) itu memastikan tidak akan pernah mundur.
BACA JUGA: Hanura Bantah Ada Upaya Mengkriminalisasi KPU RI
“Boleh mau bikin apa saja, boleh pertentangkan apa saja tapi saya tidak akan mundur dari partai. Kalau ada yang ingin saya mundur, itu pengkhianat,” ungkap OSO.
Menurut OSO, ketika sudah menyatakan diri menjadi bagian dari partai, siapa pun termasuk para kader harus mengedepankan loyalitas dan komitmen. Dia mengingatkan, jangan hanya bekerja ketika melihat ada keuntungan pribadi. Namun, ujar OSO, semangat yang harus dikedepankan adalah bekerja untuk kepentingan rakyat, maupun partai.
Usai sambutan, OSO menjawab wartawan kembali menegaskan tidak akan pernah mundur sebagai ketum Partai Hanura. “Saya tetap tidak akan mundur,” tegas pria kelahiran Sukadana, Kayong Utara, Kalbar, 18 Agustus 1950, itu.
Dia menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara hukum. Karena itu, seluruh warga negara harus patu kepada hukum. Menurut OSO, menghormati hukum adalah cermin negara sehat, kuat, bermartabat. “Bilamana negara sudah tidak menghormati hukum, negara itu sebentar lagi akan hancur,” katanya.
OSO juga mengingatkan bahwa pelaporan terhadap Ketua KPU Arief Budiman dan para komisioner lembaga penyelenggara pemilu itu ke Polda Metro Jaya, jangan dianggap sebagai bentuk kriminalisasi. “Jangan itu dianggap kriminalisasi karena itu proses hukum yang jelas terbuka, bermartabat semuanya,” kata dia.
Hanya saja, soal bagaimana tindak lanjut dari proses hukum, itu OSO menyerahkan kepada Polri dan pengacaranya. Yang pasti, kata OSO, apa yang dilakukan terhadap dirinya merupakan suatu cara untuk menggerus Partai Hanura. OSO memastikan hal itu tidak akan berhasil.
“Itu tujuannya untuk menggerus suara Partai Hanura. Inilah Partai Hanura, semakin difitnah, digerus, semakin tambah kuat,” tuntas OSO.
Seperti diketahui, OSO lewat pengacaranya sudah melaporkan Arief Budiman dan Komisioner KPU Hasyim Asyari, Ilham Saputra, dan Pramono Ubaid ke Polda Metro Jaya, Rabu (16/1) lalu. Berdasar Laporan Polisi Nomor: TBL/334/1/2019/PMJ/Dit.Reskrimum, tim kuasa hukum OSO menduga komisioner KPU melanggar Pasal 421 KUHP juncto Pasal 216 ayat (1) KUHP terkait tidak melaksanakan perintah undang-undang atau putusan PTUN.
KPU tidak memasukkan nama OSO dalam daftar calon tetap (DCT) anggota DPD untuk Pemilu 2019. KPU berpegangan kepada putusan Mahkamah Konstitusi yang melarang pengurus parpol menjadi caleg DPD. Sedangkan OSO sudah memenangkan gugatan melawan KPU di MA, PTUN, maupun Bawaslu. Namun, OSO tetap tidak masuk DCT.
"Saya sudah bilang sekali lagi, KPU tidak konsisten dan tak patuh terhadap hukum bangsa ini. Maka saya tidak akan pernah hormat kepada KPU. Tidak akan," ungkap OSO, pada Rabu 30 Januari 2019. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hanura Perjuangkan Penghapusan Ujian Nasional
Redaktur & Reporter : Boy