jpnn.com, PEKANBARU - Wakil Ketua MPR Oesman Sapta menilai penguatan nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda sangat perlu dan penting sekali.
Sebab masih ada kelompok masyarakat yang mengabaikan konsensus bernegara itu.
BACA JUGA: MPR RI: Pergelaran Seni Budaya Mampu Merajut Persatuan dan Kesatuan Bangsa
"Sebagai pimpinan lembaga negara, saya cukup prihatin jika mendengar ada sekelompok masyarakat yang mulai mengabaikan konsensus bernegara kita," katanya dalam kuliah umum dan transfer energi dengan tema "Pancasila dan Narasi Kebangsaan Kita" di Universitas Riau, Pekanbaru, Rabu (7/8).
Kuliah umum ini merupakan salah satu agenda dalam pengenalan kehidupan kampus yang diikuti 1.253 mahasiswa baru Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Riau.
BACA JUGA: MPR: Bangsa Indonesia Kehilangan Tokoh Ulama Nasionalis
BACA JUGA : PDIP Pilih Calon yang Tak Lupa Diri, Siapa yang Cocok?
Dalam kuliah umum itu Oesman Sapta menceritakan percakapan antara Bung Karno dan Presiden Yugoslavia Tito.
BACA JUGA: MPR Bahas Persiapan Peliputan Sidang Tahunan dengan Media
Dalam percakapan itu Tito membanggakan kekuatan militer untuk mempertahankan bangsanya. Sedangkan Bung Karno mengatakan telah mewariskan Indonesia dengan sebuah way of life yang bernama Pancasila.
"Sejarah membuktikan Yugoslavia yang mempunyai militer yang kuat sekarang telah pecah menjadi beberapa negara. Sementara Indonesia yang wilayahnya luas dengan ribuan pulau dan suku-suku tetap tegak dengan NKRI," papar pria yang akrab disapa Oso ini.
"Kuncinya adalah satu, karena kita punya ideologi pemersatu yang bernama Pancasila. Pancasila menjadi pandangan hidup sekaligus alat pemersatu bangsa Indonesia. Karena Pancasila, masyarakat Jawa ikut bersedih ketika masyarakat Riau mengalami kebakaran hutan dan lahan," tambahnya.
BACA JUGA : Sosok Mbah Moen di Mata Ustaz Adi Hidayat
Menurut Oso, itulah kekuatan ideologi yang bernama Pancasila. Maka tidak heran Soekarno pernah mengajak bangsa-bangsa di dunia untuk menggunakan Pancasila sebagai ideologi.
"Mengapa Pancasila ideologi yang paling tepat?" tanya Oso. Dia lalu menjawab, "Karena Pancasila bukan ideologi impor. Pancasila adalah ideologi yang dilahirkan anak-anak bangsa Indonesia, yaitu tokoh ulama, cerdik pandai, dan pemimpin-pemimpin nasional pada saat itu. Nilai-nilai Pancasila digali dari bumi Indonesia. Selain itu Pancasila adalah ideologi yang tidak melawan kodrat," katanya.
Kepada mahasiswa baru FKIP Unri, Oso berpesan untuk mencari pengalaman mengajar. Tidak hanya menguasai teori tetapi juga pengalaman mengajar agar menjadi guru yang baik dan teladan bagi murid serta menghasilkan murid yang cerdas dan bermartabat.
"Negara yang maju adalah negara yang menghargai pendidikan. Negara yang maju adalah negara yang mengerti tentang filosofi pendidikan. Negara yang maju adalah negara yang mampu mendidik anak-anak menjadi orang pintar, cerdas dan bermartabat," katanya.
Kuliah umum dan transfer energi ini diakhiri dengan Deklarasi Jaga Pancasila dan Menolak Paham Radikalisme. Hadir Rektor Unri Prof Dr Aras Mulyadi, Dekan FKIP Unri Dr. Mahdum. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... MPR Masih Jadi Harapan Sebagai Rumah Kebangsaan
Redaktur & Reporter : Natalia