jpnn.com - PONTIANAK - Ketua Pembina Yayasan Pendidikan OSO, Oesman Sapta Odang menghadiri buka puasa bersama sivitas akademi Universitas OSO (UNOSO), Sabtu (15/4), di Grand Mahkota Hotel Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar).
Acara itu turut dihadiri Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, Kepala BP2MI Benny Rhamdani, anggota DPRD Kalbar Suyanto Tanjung.
BACA JUGA: OSO Berbagi Kebahagiaan Bersama Anak Yatim Piatu dan Penyandang Disabilitas
Unsur Forkopimda Kalbar seperti Kapolda Kalbar Brigjen Pipit Rismanto, Pangdam XII/Tanjungpura Mayjen TNI Sulaiman Agusto, Danlantamal XII Pontianak Laksma TNI Suharto, juga hadir dalam acara itu.
Sejumlah kepala daerah, Dirut Bank Kalbar Rokidi, tokoh masyarakat, mahasiswa UNOSO, dan ratusan warga dari berbagai lapisan turut hadir dalam acara di bulan suci Ramadan ini.
BACA JUGA: Kolonel (Purn) TNI Obrien Sitepu Meninggal Dunia, OSO dan Partai Hanura Berduka
OSO mengatakan bahwa buka puasa bersama ini rutin dilaksanakannya setiap tahun.
“Jadi, insyaallah tetap saya laksanakan kalau sehat, ada rezeki, dan panjang umur,” kata OSO kepada wartawan seusai acara buka puasa bersama.
BACA JUGA: OSO Puji Kerja Keras Pemerintahan Jokowi-Maâruf Amin: Indonesia Mendapat Pengakuan Dunia
Sebelumnya, OSO juga menghadiri buka puasa bersama dan berbagi kebahagiaan dengan anak yatim piatu dan penyandang disabilitas, Jumat (14/4) di Kota Pontianak.
“Memang tiap tahun saya melaksanakan itu, sekalian saya juga pulang ke kampung halaman," kata tokoh nasional dan internasional asal Kalbar itu.
Mantan wakil ketua MPR itu mengatakan bahwa tujuan utama buka puasa ini ialah sebagai sebuah niat baik dan untuk menjalin silaturahmi.
"Sekaligus melaksanakan kewajiban sebagai umat agama Islam, yaitu puasa Ramadan," jelas mantan ketua DPD RI itu.
Lebih lanjut OSO yang juga ketua umum Partai Hanura itu berpesan kepada masyarakat agar tidak euforia berlebihan merayakan Lebaran 2023 nanti.
"Kita jangan euforia berlebihan, tetapi harus merayakan Idulfitri nanti sesuai dengan kemampuan masing-masing,” katanya.
“Berlebihan itu tidak akan membawa berkah, dan akan menimbulkan kecemburuan sosial yang tidak menguntungkan masyarakat itu sendiri,” pungkas OSO.
Ketua Pembina Yayasan Pendidikan OSO, Oesman Sapta Odang, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, di acara buka puasa bersama Sivitas Akademika UNOSO, Sabtu (15/4), di Kalbar. Foto: Source for JPNN.com.
Sementara itu, Gubernur Sutarmidji menambahkan bahwa Kalbar ini sangat heterogen.
“Pak OSO ini salah satu tokoh pemersatu dari heterogenitas itu,” katanya.
Dia mengatakan bahwa dalam acara buka puasa bersama ini, dapat dilihat tokoh masyarakat berbagai etnis dan agama, forkopimda pun hadir lengkap.
"Jadi, beliau ini (OSO), tokoh Kalbar di nasional yang memberi contoh bagi kita bagaimana mengelola Kalbar ini yang terdiri dari berbagai etnis, suku dan agama, dan itu dipersatukan di forum seperti ini," paparnya.
Dia pun mengapresiasi kepedulian OSO bagi masyarakat Kalbar.
Menurut dia, OSO merupakan sosok tokoh nasional yang tidak pernah melupakan kampung halamannya, yakni Kalbar.
“Beliau tokoh nasional yang tidak lupa dengan Provinsi Kalbar. Kita bersyukur punya tokoh seperti Bapak OSO,” kata Sutarmidji.
Sementara, Nasaruddin Umar memuji kebersamaan dan kekompakan di Kalbar.
"Kalau saya melihat Indonesia ideal itu di Kalbar. Kekompakan, kebersamaan, persatuan luar biasa," ujarnya.
Menurutnya, tidak mudah menciptakan satu kondisi masyarakat yang seperti ini.
Tentunya, lanjut dia, ini ada historical background yang sangat panjang.
"Kita tahu Kalbar itu betul seperti Pak Gubernur bilang sangat plural dan heterogen, tetapi dalam acara-acara seperti ini bisa kompak, melupakan perbedaan, bisa duduk bersama. Buka puasa temanya, tetapi lintas agama hadir, itu tidak gampang. Dan itu tercipta di Kalimantan Barat,” papar Nasaruddin.
Nasaruddin juga sangat bersyukur karena OSO hadir sebagai figur yang bisa mempersatukan semua.
"Lihat tadi lintas agama, lintas budaya, lintas umur karena dari anak kecil sampai di atas 80 tahun juga hadir, ada perguruan tinggi, majelis taklim. Jadi, konfigurasi ini sangat indah," ungkapnya.
Dia mengatakan masyarakat terutama generasi muda perlu belajar bagaimana melestarikan tradisi seperti ini di masa-masa akan datang.
"Jangan sampai kalangan milenial itu nanti tradisi semacam ini itu berhenti," katanya. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi