jpnn.com - SURABAYA – Harga semen di Indonesia turun sepuluh persen sejak awal tahun jika dibandingkan dengan 2015. Hal itu menunjukkan ketatnya persaingan industri semen di tanah air.
Direktur Komersial PT Semen Gresik (anak perusahaan PT Semen Indonesia Tbk) Muhammad Syaifuddin menyatakan, kebutuhan semen di dalam negeri tahun ini terhitung hanya 65 juta ton.
BACA JUGA: BEI Target Tambah 35 Emiten Tahun Ini
Sementara itu, kapasitas produksi semen di Indonesia mencapai 89,7 juta ton. ”Persaingan yang semakin ketat berdampak pada harga yang semakin tertekan,” katanya saat buka bersama dengan media kemarin (23/6).
Dia menambahkan, hal tersebut berpengaruh terhadap margin Semen Indonesia maupun industri semen tanah air. Tekanan itu berpotensi menarik EBITDA margin Semen Indonesia serta nasional dari 27,4 persen menjadi 20 persen pada 2015 untuk menuju standar dunia.
BACA JUGA: HCML Fokus Kejar Target
”Rata-rata EBITDA margin industri semen di Indonesia relatif lebih tinggi dibanding negara lain. Sebab, persaingan akan cenderung turun,” katanya. EBITDA margin Semen Indonesia di dalam negeri mencapai 35 persen pada 2014.
Sementara itu, di Vietnam EBITDA, margin Semen Indonesia hanya berkisar 18,7 persen. ”EBITDA margin di Indonesia cukup tinggi. Inilah faktor penarik pemain asing masuk,” lanjutnya.
BACA JUGA: Industri Mamin Incar Pasar Asia-Pasifik dan Afrika
Pendapatan terbesar Semen Indonesia pun masih ditopang Semen Gresik di angka 50 persen. Kapasitas produksi pun saat ini masih ditopang Semen Gresik dengan total produksi 14 juta ton.
Di Jawa Timur, Semen Gresik menjadi market leader dengan total market share 69 persen. Sementara itu, market share Semen Gresik secara nasional mencapai 22,8 persen. (vir/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tekan Biaya Operasional, WEHA Alih Fungsi Taksi
Redaktur : Tim Redaksi