jpnn.com, BANDUNG - Para ilmuwan terkemuka menyebut dunia saat ini didominasi liberalisme dan kapitalisme. Keduanya diposisikan sebagai pemenang perang ideologi pascaruntuhnya Uni Soviet dan Tembok Berlin.
Namun, klaim-klaim kemenangan seperti itu tanpa disadari justru memicu kebangkitan radikalisme dan ekstremisme, termasuk di Indonesia.
BACA JUGA: Sembilan Tentara Nigeria Dibantai Ekstremis, Puluhan Masih Hilang
“Ekstremisme agama ini melahirkan politik antisemua, kecuali pada kelompok dan keyakinan mereka sendiri. Mereka menolak dan memusuhi sistem sosial yang multikultural, Pancasila, NKRI, hingga pemerintahan yang dipilih secara demokratis,” ujar Ketua Umum DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Ahmad Basarah dalam pidato pembukaan Kongres IV di Bandung, Jawa Barat, Senin (6/12).
Secara manipulatif, lanjut Basarah, kelompok tersebut memanfaatkan hak konstitusional warga negara untuk berbicara, berkumpul, mengeluarkan pendapat secara lisan, dan tulisan.
BACA JUGA: Ekstremis Kanan di Australia Gunakan Taktik ISIS Untuk Rekrut Anggota
Namun, tujuan mereka justru mendiskreditkan dan mendeligitimasi pemerintahan yang konstitusional.
“Strategi kudeta merangkak konstitusional ini secara perlahan tetapi pasti, jelas menargetkan kehancuran Negara Kesatuan Republik Indonesia di kemudian hari dengan meracuni alam pikir bangsa, khususnya generasi muda dengan paham yang bertentangan dengan Pancasila,” beber Basarah.
BACA JUGA: Undang Pentolan FPI, Prabowo Tegaskan Tak Punya Teman Ekstremis
Basarah juga menyoroti kemunculan teknologi informasi sebagai senjata baru pihak-pihak yang menghalalkan segala cara untuk berkuasa.
Akibatnya, hoaks, fitnah dan ujaran kebencian baik terhadap individu maupun golongan dengan mudahnya tersebar luas ke segala penjuru.
Dia menyebut Pilpres 2014, Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019 sebagai contoh konkrit derasnya praktik politik yang niretika dan adab bangsa.
“Salah satu karakter dari generasi ini kehidupan mereka sangat lekat dan tidak dapat dipisahkan dari media sosial. Generasi muda inilah yang rentan terhadap paparan ideologi-ideologi transnasional melalui internet dan media sosial,” tutup Basarah.
Kongres PA GMNI yang berlangsung hybrid (fisik dan virtual) mengusung tema “Nasionalisme Menjawab Tantangan Zaman”.
Kongres dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui konferensi video dari Istana Negara, Jakarta.
Selain Basarah, hadir secara fisik di arena kongres, antara lain mantan Ketua Presidium PA GMNI Palar Batubara, Ketua Dewan Ideologi yang juga Hakim Konstitusi Arif Hidayat, Ketua Dewan Pakar Theo L Sambuaga, Sekretaris Jenderal DPP PA GMNI Ugik Kurniadi, Ketua DPD PA GMNI Jabar Abdy Yuhana, Ketua Panitia Pelaksana Karyono Wibowo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Sekretaris Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri Imran, dan Ketua DPD PDI Perjuangan Jabar Ono Surono, serta para pimpinan DPD PA GMNI seluruh Indonesia. (dil/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Adil