jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI Willy Aditya menyerukan pentingnya solusi alternatif terhadap produk-produk tembakau yang berkontribusi besar terhadap pendapatan negara.
Apalagi dalam situasi pandemi, industri hasil produk tembakau lainnya (HPTL) juga masih tumbuh signifikan.
BACA JUGA: Kurangi Permasalahan Merokok, Produk HPTL Tawarkan Solusi Bagi Pemerintah
Dalam kondisi pandemi, kontribusi HPTL tumbuh sampai 60 persen menjadi Rp680,3 miliar.
“Harus fair menilai rata-rata pemasukan negara dari cukai tembakau juga besar, meskipun ada kritik terhadapnya. Makanya perlu ada insentif inovasi bagi industri olahan tembakau untuk pengembangan produk agar dapat diterima publik,” ungkap Willy.
BACA JUGA: Ikke Nurjanah Jawab Tudingan Sengaja Menikah Diam-diam, Oh Ternyata
Rantai pasok industri HPTL yang cukup kompleks disebut Willy juga bisa jadi peluang buat masuknya investasi lebih banyak.
Dengan kompleksitasnya, insentif ke industri HPTL juga secara simultan bakal mendorong industri lain, semisal industri kimia, industri alat-alat kimia, sampai industri pengemasan.
BACA JUGA: Asuransi Jasindo Rampungkan Pembayaran Klaim Pipeline PT Transgasindo di Riau
Willy menambahkan, Undang-Undang Cipta Kerja yang dihasilkan DPR bersama pemerintah bisa jadi sarana mendorong investasi di sektor industri ini.
Sekarang giliran pemerintah untuk memanfaatkan beleid tersebut sekaligus regulasi turunannya untuk menciptakan iklim investasi yang sederhana, mudah dan cepat, dan berperan aktif dalam menarik investor masuk ke tanah air.
“Industri tembakau harus dilihat dengan lebih terbuka, kita harus jujur dan adil menilai realitas, termasuk dalam hal produk hasil tembakau ini. Karena tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat,” sambungnya.
Di sisi lain, Willy juga mengimbau agar pabrikan rokok, terutama yang besar dan memiliki sumber daya, untuk berinvestasi di industri HPTL.
Pasalnya, selain berkontribusi pada penerimaan negara, produk HPTL pun memiliki dampak eksternalitas yang lebih rendah.
Terpisah, Peneliti Indef Bhima Yudhistira sepakat, industri HPTL memang bisa jadi solusi alternatif mendorong investasi, apalagi tahun ini pemerintah punya target yang cukup ambisius untuk merealisasikan investasi Rp900 triliun.
“HPTL ini merupakan produk inovasi dengan risiko kesehatan yang lebih rendah, tidak heran jika pelaku usaha mau berinvestasi dan menyerap tenaga kerja karena peluangnya besar,” kata Bhima.
Karena itu, untuk lebih mendorong perkembangan industri ini dan banyak yang melakukan investasi, pemerintah dapat memberikan insentif fiskal.
Misalnya melalui kebijakan tarif cukai yang lebih rendah yang sesuai dengan risiko produknya.
“Penyesuaian tarif cukai untuk HPTL saja akan sangat signifikan meningkatkan investasi di produk inovatif. Pemerintah sebaiknya memang membuka ruang diskusi lebih lanjut dengan pelaku usaha atau investor untuk merumuskan insentif apa yang cocok diberikan,” serunya.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rina Gunawan Sempat Dirawat Seminggu di ICU Sebelum Meninggal Dunia
Redaktur & Reporter : Yessy