Pahala Muda

Oleh Dahlan Iskan

Senin, 28 Desember 2020 – 09:19 WIB
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SIAPA tahu pepatah ini benar: orang baik berkumpulnya dengan orang baik.

Saya tahu Pahala Nugraha Mansury adalah orang baik. Bahkan sangat baik. Entahlah kalau ia berubah setelah itu. Saya dengar belum berubah kok.

BACA JUGA: Virus Jin

Maka saya termasuk yang senang mendengar Pahala diangkat menjadi wakil menteri BUMN. Ia dipilih untuk menggantikan insinyur fisika nuklir Budi Sadikin –yang naik kelas menjadi menteri kesehatan.

Pahala adalah bintang muda yang sangat cemerlang. Di dunia perbankan.

BACA JUGA: Kabinet Nasib

Saya sempat bimbang: Budi Sadikin atau Pahala. Yang terbaik. Yang harus naik menjadi direktur utama Bank Mandiri saat itu. Dua-duanya hebat. Dua-duanya sangat layak.

Sebenarnya tiga orang yang  sangat layak untuk jabatan itu, saat itu. Satunya lagi adalah Riswinandi. Yang saat itu menjabat wakil direktur utama Bank Mandiri.

BACA JUGA: Garis Finis

Saya pun ajak bicara Pak Ris. Saya beritahukan padanya bahwa ia sangat layak menjadi dirut Bank Mandiri. Lantas saya minta maaf padanya. Saya memilih yang lain.

Pertimbangan pun saya beritahukan apa adanya padanya: bahwa ia sudah akan pensiun 1,5 tahun lagi.

Untuk ukuran sopan santun sebenarnya lebih baik kalau ia yang diangkat menjadi dirut. Sekaligus sebagai penghargaan atas prestasinya. Toh hanya untuk 1,5 tahun.

Setelah itu barulah pilihan satunya tadi dinaikkan. Toh pilihan satunya itu masih sangat muda. Harus sabar untuk antre.

Namun kepada Pak Ris saya sampaikan alasan saya: jabatan top eksekutif itu tidak boleh sering-sering ganti. Sekarang ganti, 1,5 tahun lagi ganti lagi. Itu kurang menjaga stabilitas manajerial.

Maka saya sampaikan padanya, tetaplah saja jadi wakil dirut. Sampai pensiun.

Itu pun kalau ia mau. Sebab, calon dirutnya, saat itu, jauh lebih muda darinya. Apakah ia rela dipimpin oleh anak yang jauh lebih muda.

Kalau, misalnya, ia tidak rela, saya bisa carikan jalan lain. Ia sangat pantas menjadi direktur utama di BUMN mana pun. Terutama yang bergerak di bidang keuangan.

Ternyata beliau sangat rela yang muda yang naik. Ia tetap di jabatannya itu sampai pensiun. Tetap dengan sikap yang sangat baik. Tidak merasa 'kok dipimpin anak yang masih muda'.

Yang demikian itu sekaligus untuk ujian bagi yang muda tadi. Apakah ketika menjadi atasan orang yang lebih senior anak muda tadi bisa membawa diri dengan baik.

Kalau ia lolos berarti ia memang kader pimpinan yang sangat baik untuk level yang lebih tinggi.

Belakangan saya dengar, Pak Ris diangkat menjadi direktur utama PT Pegadaian. Yang skala usahanya juga sangat besar. Yang prestasi korporasinya selalu mencengangkan. Sampai sekarang.

Dan anak muda itu ternyata juga terus menanjak. Sampai akhirnya, kini, diangkat menjadi menteri kesehatan.

Waktu itu saya juga ajak Pahala untuk bicara empat mata. Saya beritahukan padanya bahwa ia sangat layak jadi dirut Bank Mandiri.

Namun saat itu ia betul-betul masih sangat muda. "Terlalu mengejutkan," kata saya. "Baiknya Anda sedikit sabar. Kalau prestasi Anda seperti ini terus, Anda suatu saat pasti bisa jadi dirut," kata saya.

Saat itu, saya sebenarnya melihat sedikit kekurangannya. Untuk jabatan level CEO perusahaan besar. Pahala terlalu pendiam. Khas orang keuangan. Dan memang ia orang keuangan asli. Sejak pendidikannya di Universitas Indonesia sampai pun dilanjutannya di Amerika.

Bagi saya, posisi CEO itu juga harus bisa jadi PR terbaik bagi perusahaannya. Juga harus bisa jadi pengajar yang terbaik tentang perusahaan itu. Khususnya untuk staf dan karyawannya sendiri.

Suatu saat saya melihat Budi Sadikin mengajar. Saya juga sempat melihat ia jadi pembicara di depan seminar. Saya menemukan sesuatu yang ideal pada dirinya.

Maka Budi Sadikin-lah yang menjadi direktur utama Bank Mandiri. Pak Ris tetap menjadi wakil dirut. Dan Pahala tetap jadi direktur.

Belakangan saya mendengar Pahala diangkat menjadi dirut Garuda Indonesia. Saya merasa jabatan itu kurang pas baginya. Ia masih terlalu pendiam. Mungkin karena masih terlalu muda.

Baru belakangan saya lega: ia menjadi direktur utama bank BUMN –menjadi Dirut BTN. Ia seperti kembali ke habitatnya. Dan jabatannya sekarang ini, wakil menteri BUMN, rasanya yang paling pas.

Ia konseptor yang brilian, ia pekerja yang andal. Menjadi orang kedua di kementerian BUMN sangat pas untuk kepribadiannya.

Memang, kesannya, Bank Mandiri kini mendominasi banyak sektor. Diaspora Bank Mandiri sangat terasa.

Berarti kaderisasi di Bank Mandiri sangat berhasil. Dan untuk itu saya harus mengacungkan dua jempol pada tokoh yang mati-matian meletakkan dasar-dasar kejayaan Bank Mandiri: Agus Martowardojo.

Pak Agus itu bekerja sejak jam 6 pagi sampai jam 3 pagi berikutnya. Hampir setiap hari. Beliau orang yang bekerja luar biasa keras.

Saya menyaksikan sendiri kiprahnya itu. Saya juga selalu melihat matanya yang sangat kurang tidur.

Yang hebat, beliau selalu sehat. Maka sangat pantas kalau kemudian beliau menjadi menteri keuangan. Lalu Gubernur Bank Sentral –Bank Indonesia.

Doa saya untuk Bank Mandiri selalu. Agar bisa terus hebat –sekali pun ditinggal begitu banyak emas berliannya ke mana-mana.(disway.id)


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler