jpnn.com, SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mendorong pemerintah kabupaten/kota di Jawa Tengah untuk menyiapkan rumah sakit darurat Covid-19.
Selain itu, pelayanan di beberapa tempat isolasi terpusat juga terus ditingkatkan.
Salah satunya dengan pemenuhan alat kesehatan yang bersumber dari dana refocusing APBD.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mendorong untuk memberi insentif kepada mahasiswa kedokteran dan keperawatan di perguruan tinggi untuk menjadi sukarelawan di lapangan.
BACA JUGA: Ganjar Minta Orang Tua Mengizinkan Anaknya Jadi Sukarelawan di RS Rujukan Covid-19
"Kami lagi gaspol untuk menambah tempat tidur, sudah ada 2.121 yang on going (sedang proses). Kami sudah mulai mendorong agar setiap kabupaten/kota membuat rumah sakit darurat dengan memanfaatkan potensi gedung-gedung yang dimiliki," kata Ganjar saat mengikuti rapat koordinasi penanganan Covid-19 yang dipimpin oleh Menko Perekonomian secara daring.
Setidaknya di Jawa Tengah sudah ada empat daerah yang menyiapkan rumah sakit atau tempat isolasi terpusat dengan memanfaatkan tempat yang ada.
BACA JUGA: Ganjar: Kalau Tidak Dipakai, Awas Ya
Di antaranya Solo yang dibantu oleh KSAD, kemudian di Kabupaten Kendal dan Kota Semarang yang memanfaatkan rusunawa, kemudian di Kabupaten Banyumas yang memakai hotel.
"Sekarang kami coba bantu, kalau yankes (pelayanan kesehatan) sudah ada maka alkes (alat kesehatan) dan nakes (tenaga kesehatan) yang saat ini masih problem (masalah),” kata Ganjar.
Adapun mengenai penambahan alkes tersebut, Ganjar juga mengajak kepala daerah untuk mempercepat belanja dana hasil refocusing APBD.
Belanja tersebut dapat dialokasikan untuk menyiapkan rumah sakit darurat seperti melengkapi kebutuhan alat kesehatan.
"Kami ajak bupati dan wali kota untuk mempercepat belanja daerah, khususnya untuk memenuhi alat kesehatan dan persiapan rumah sakit darurat," katanya.
Terkait penambahan tenaga kesehatan, Ganjar mendorong agar mahasiswa tingkat akhir pada fakultas kedokteran atau keperawatan untuk bisa menjadi sukarelawan di lapangan, baik untuk mengurus Covid-19 maupun non-Covid-19.
Dorongan itu muncul lantaran dalam beberapa kesempatan ads kesulitan untuk mendapatkan tambahan tenaga kesehatan.
"Kemarin itu banyak sukarelawan dari tiga perguruan tinggi, ada Undip, Unimus, dan STIKES. Rata-rata mereka mahasiswa tingkat akhir yang sudah siap jadi sukarelawan. Maksud saya karena nakes kemarin sangat sulit diperoleh, rasa-rasanya insentif kepada mahasiswa tingkat akhir ini bisa diberikan,” ucap Ganjar.
“Ini energi yang bisa dipakai untuk mengisi nakes di rumah sakit, rata-rata saat saya tanya mereka siap," tambahnya. (flo/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Natalia