jpnn.com, SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mengoptimalkan rumah sakit daerah untuk penanganan covid-19. Hal ini diupayakan untuk mengantisipasi apabila terjadi ledakan kasus lagi.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo bahkan berkeliling untuk meninjau secara langsung kesiapan sejumlah rumah sakit di wilayah kepemimpinannya.
Selain itu, lawatannya juga untuk mendorong rumah sakit melakukan penambahan kamar isolasi dan tempat tidur ICU untuk pasien covid-19.
Ganjar mengunjungi Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr Amino Gondohutomo Semarang. Datang sambil gowes, dia memeriksa dan memastikan RSJD milik Pemprov Jateng itu siap digunakan menampung pasien covid-19.
BACA JUGA: Beri Peringatan untuk Masyarakat, Ganjar Pranowo: Varian Delta ini Bahaya!
“Jadi setelah kami melihat (situasi) tempat tidur penuh, rumah sakit penuh, kami mencoba cari jalan yang lain. Umpama ini ada rumah sakit jiwa Amino kita konversi,” kata Ganjar pada Jumat (18/6)
Konversi RSJD Dr Amino Gondoutomo untuk merawat pasien covid-19 sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Namun, dia meminta pada pihak RS untuk menambah kapasitas.
BACA JUGA: Nasib Pria Tua ini Bersama Keluarganya Berubah Drastis Setelah Didatangi Pak Ganjar
Ganjar meminta penambahan tempat tidur di ICU yang saat ini berjumlah empat. Pihak RSJ Amino Gondoutomo menyebut, ruang ICU bisa ditambah sampai empat tempat tidur ICU lagi.
Ganjar menyebut setidaknya penambahan sudah pasti bisa dilakukan dan pihak RS bersiaga.
“Ini berkejar-kejaran memang, agar bisa membuat kontijensi plan seandainya ada situasi yang memang tidak bagus,” tutur Ganjar.
Direktur RSJD Amino Gondohutomo dr Alek Jusran menambahkan saat ini keterisian pasien covid-19 di rumah sakitnya sekitar 60 pasien.
Kapasitas di RSJD Dr Amino Gondohutomo sendiri sebanyak 115 bed.
“Kami menyiapkan angkanya adalah 115, tapi memang tidak serta merta semua bisa digunakan karena juga sebenarnya sebagian ini kan kesepakatan bahwa ini kan pasien jiwa yang kemudian dititipkan di bangsal sebelah, jadi ada pengosongan. Nah ini perlu waktu, perlu penataan karena memang standarnya berbeda,” ujarnya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia