jpnn.com, KUPANG - Kematian adalah sesuatu yang pasti. Namun, bagaimana seseorang menghembuskan nafas terakhir adalah misteri. Hanya Tuhan yang tahu. Seperti yang dialami Mayjen (Purn) S.H.M. Lerrick pada Jumat (16/6). Meninggalkan rumah dalam keadaan sehat, tak disangka kembali tanpa nyawa.
OBED GERIMU, Jakarta
BACA JUGA: Tidak Punya Baju Lebaran, Mereka Tahu Bapaknya Sudah tak Ada
BAK disambar petir. Itulah gambaran perasaan para alumni Akademi Militer Nasional (AMN) Tahun 1965 mendengar kabar kematian rekan mereka Mayjen (Purn) S.H.M. Lerrick, Jumat (16/6).
Mereka benar-benar berduka karena kehilangan leting yang dikenal tegas, disiplin dan humoris. Rasa kehilangan diungkapkan Mayjen TNI (Purn) Muhamad Elias Yusuf, rekan seangkatan almarhum.
BACA JUGA: Mbah Gendon Dikenal sebagai Ulama Sakti, Diyakini Masih Hidup
"Kami sangat berduka. Selama berteman sekitar 50 tahun lebih, beliau kami tahu sangat sehat, ceria dan akrab," kata mantan Gubernur AKMIL itu seperti dilansir Timor Express (Jawa Pos Group).
Jenderal bintang dua itu mengaku kaget karena tiba-tiba saja sahabatnya harus pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
BACA JUGA: Jika Selingkuh, Pasti Kaki akan Terbakar dan Melepuh
"Tidak ada kabar sakit. Kami yang sering-sering ke RSPAD tidak pernah melihat ada beliau. RSPAD itu sebenarnya tempat kami reuni hari-hari," ujar Elias.
Menurut dia, almarhum yang kelahiran Maret 1944 adalah yang termuda di angkatan mereka.
"Leting kami ada yang umur 75 dan 76 tahun. Rata-rata 74 tahun. Jadi memang disadari bahwa sudah cukup sepuh. Walaupun kelihatan gagah tapi kita tidak bisa duga bahwa usia itu yang maha tahu adalah Tuhan," imbuhnya.
Ungkapan senada juga disampaikan Letjen TNI Yunus Sofian. Sebagai sejawat ia sampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya.
"Saya sangat kehilangan," ujar dia. Sebagai rekan sejawat, ia juga mengaku berkewajiban untuk terus mendoakan almarhum agar arwahnya diterima di sisi Allah.
"Semoga tali silahturahmi dengan keluarga almarhum juga dapat terus terjalin lewat komunitas yang selama ini cukup solid. Anak-anak pun kami siap mengayomi," katanya.
Sahabat almarhum yang lain adalah Irjen Pol (Purn) M.D. Primanto. Ia mengaku sangat terpukul karena almarhum mengeluh sakit dan meninggal dunia saat mereka tengah bermain golf bersama di Gunung Gealis.
“Sebelumnya beliau telepon terus ajak main golf. Karena sibuk, saya bilang main aja sama yang lain tidak masalah. Tapi beliau bilang rindu main bareng. Apalagi teman yang muslim kan puasa, sehingga beliau biasa ajak kita,” tutur Primanto yang adalah jebolan AKABRI Tahun 1973.
Primanto melanjutkan, saat bermain golf, almarhum bermain 16 hole dengan luar biasa dan terlihat sangat semangat dan senang.
"Pada saat selesai 16 hole dan naik ke mobil golf, beliau bilang tidak mau pukul lagi. Dia bilang agak pusing dan perut nggak nyaman," bilang purnawirawan polisi bintang dua itu.
Primanto mengaku langsung berinisiatif membawa almarhum ke klinik. Ia yang nyetir, sedangkan almarhum duduk di tengah diapit Mayjen TNI (Purn) Sebastian Sumarsono. Sementara itu Mayjen TNI (Purn) Sebastian Sumarsono mengaku saat membawa almarhum ke klinik, ia dan Primanto berulang-ulang mendaraskan doa Bapa Kami.
"Saat di perjalanan itu, saya dan pak Primanto terus berdoa Bapa Kami. Setelah sampai di klinik ternyata harus diteruskan ke RSUD Ciawi. Beliau meninggal di perjalanan ke rumah sakit," ungkap mantan Dubes Myanmar itu.
Mayjen TNI Albert Ingiriwang, sesama Widyaswara di Lemhanas juga mengaku sangat akrab dengan almarhum.
“Kami sangat dekat, kadang saya memanggil beliau bro. Beliau angkatan AMN 1965 dan saya 1972. Kami juga sering panggil komandan tank, karena beliau selalu bangga dengan korpsnya kaveleri," kata Albert.
Albert mengaku sangat berduka cita saat mendengar kabar seniornya itu telah berpulang. "Saya baru tiba dari Sidney tugas satu minggu. Tiga hari lalu, beliau SMS menjawab foto-foto mengajar saya di Canbera. Beliau bilang jangan hanya ngajar bule-bule, tapi ngajar juga orang Sesko AU. Saya jawab dalam rangka apa nih bro. Beliau jawab, nanti tanggal 21 Juni bro berangkat ke Sesko AU. Saya jawab kan sebelumnya sudah mengajar. Tapi dia bilang saya berangkat lagi," cerita dia.
Menurut Albert, setelah membaca disposisi surat tugas dari gubernur ke wagub hingga ke almarhum sebagai wakil koordinator tenaga profesional, tampak sepertinya beliau sudah ingin bertemu dengan istrinya, Anna Istiati Soetomo Lerrick (almh).
"Karena kenapa beliau bisa menunda berangkat tanggal 21 Juni dan pada Jumat (16/6) meninggalkan kita. Biasanya kalau berangkat ke Bandung, beliau tidak pernah menolak, koq kali ini menolak dan perintahnya lagi yang sedang ada di Australia, padahal ada banyak teman di sini yang bisa laksanakan tugas itu. Saya yakin senior yang sangat saya banggakan sudah rela meninggalkan kita semua. Tahun lalu beliau pernah bilang kalau dia sangat rindu istrinya," ungkap pria asal Sulawesi Utara itu.
"Saya mau bilang, senior, Pak Lerrick yang kami banggakan, selamat jalan, selamat bertemu dengan istri tercinta. Semua pengalaman dan pengabdian dan bakti jenderal akan kami ikuti. Mohon doa agar selama kami masih hidup dapat melanjutkannya," imbuh Albert sembari memberikan penghormatan terakhir.(*/ito/bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Punya Baju Baru untuk Lebaran? Bocah Cantik Ini Jawab dengan Wajah Sedih
Redaktur & Reporter : Friederich