jpnn.com - JAKARTA – Wakil Ketua DPR Fadli Zon menantang Presiden Joko Widodo menyebutkan siapa aktor politik yang menunggangi demonstrasi Aksi Bela Islam II, di depan Istana Negara, Jakarta, Jumat (4/11).
Fadli mengatakan, jika memang benar ada laporan intelijen kepada presiden yang menjurus kepada aktor politik, sebut saja namanya.
BACA JUGA: Arifin Ilham: Pak JK Bersumpah di Depan Saya
“Sekarang kalau presiden katakan ada aktor politiknya, sebut saja dong siapa aktor politiknya biar kita tahu,” tantang Fadli saat diskusi “Rivalitas Elit Pilkada DKI” di Cikini, Jakarta, Sabtu (5/11).
Dia mengingatkan, presiden jangan sampai berspekulasi tanpa bukti. Menurut dia, jangan sampai seperti di era orde baru yang menyebut demonstrasi selalu ditunggangi pihak ketiga.
BACA JUGA: Ini Pesan Pak Prabowo untuk Pemerintah dan Massa 4/11
“Jadi, sebut saja siapa orangnya. Ini zaman demokrasi. Siapa nama orangnya?” kata wakil ketua umum Partai Gerindra ini.
Fadli menegaskan, kalau memang misalnya orang tersebut menyalahi aturan, tangkap saja. “Jangan cuma ngomong kayak begitu,” sesal anak buah Prabowo Subianto di Gerindra ini.
Dia mengingatkan, di era demokrasi sekarang ini demonstrasi yang dilakukan itu merupakan hak warga negara yang diatur oleh konstitusi.
BACA JUGA: Demokrat Geram SBY Dituduh Provokator Aksi 4/11
“UUD 45 itu dibuat oleh pejuang, founding father kita,” tegasnya.
Dia menyatakan, dalam Aksi Bela Islam 2, semua ulama berkali-kali menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bahkan, lagu-lagu kebangsaan berulang-ulang dinyanyikan.
Jadi, tegas dia, presiden tidak usah takut dengan aksi yang digelar massa dari berbagai elemen ini. Menurut dia, tidak ada ancaman terhadap kebangsaan dari aksi massa ini.
“Jutsru ancaman kebangsaan itu responnya, ketidakadilan itu yang menjadi ancaman kebangsaan. Ketidakadilan ekonomi, sosial itu ancaman. Kalau orang menuntut penegakan hukum itu justru memperkokok fondasi negara Indonesia,” kata Fadli.
Dia mengatakan, aksi ini meminta agar aparat memeroses Ahok yang diduga menista Islam. Namun, kata Fadli, sayang sekali Jokowi tidak menerima perwakilan massa.
Padahal sehari sebelumnya, ada pesan kalau presiden akan menerima perwakilan. Tentunya, Fadli berujar, kalau presiden menerima perwakilan massa, maka bisa meredakan suasana.
“Tapi karena tidak menerima itu terjadi kekecewaan dan ini akan dianggap sebagai sebuah diskriminasi,” katanya.
Ia pun heran, kenapa presiden tutup mata kepada dunia nyata, tapi begitu luar biasa menanggapi dunia maya.
Perhatian presiden terhadap dunia maya lebih besar ketimbang dunia nyata.
“Saya kira ini sangat disayangkan. Dengan cara penanganan seperti ini memupuk militansi radikalisme dan akumulasi kekecewaan terhadap sikap presiden. Ini kan presiden dari seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Buah Prabowo Tuding Jokowi Mencari-cari Kambing Hitam
Redaktur : Tim Redaksi