jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PP GPII) Karman BM meminta agar kepolisian menghentikan tuduhan makar kepada para aktivis.
Terutama tuduhan yang selama ini dialamatkan pada pimpinan demo dari kalangan umat Islam.
BACA JUGA: GNPF MUI Curiga Ada Kekuatan Terselubung Gerakkan Polri
"Stop makarisasi, jangan anggap kelompok yang kritis sebagai bagian dari kelompok yang ingin merongrong negara", kata Karman seusai acara Kuliah Umum Merawat Indonesia Aman dan Damai oleh PP GPII bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Gedong Joang 45 Jakarta, Rabu (12/04)
Menurut Karman, pihaknya memberikan apresiasi atas tindakan Kapolri yang mampu memadukan aspirasi berbagai kelompok sehingga kegiatan akbar umat Islam dalam aksi 212 dan berbagai aksi besar lainnya berjalan aman dan damai.
BACA JUGA: Simak nih Pernyataan Tim Advokasi GNPF MUI
Bahkan, apa yang diinginkan umat Islam agar penista agama diadili sudah dikabulkan.
Akan tetapi Karman juga berharap agar Kapolri tidak membuat stigma negatif terhadap pimpinan demo dengan menuduh makar dan semacamnya.
BACA JUGA: Pekan Depan Polisi Panggil Mas Tommy Lagi
Karman menyontohkan dalam sejarah GPII pernah dituduh melawan penguasa hanya karena ada segelintir orang yang melakukan kegiatan antipemerintah.
Padahal GPII sendiri adalah salah satu yang membangun tonggak kemerdekaan.
Menurutnya, tokoh GPII M.Natsir adalah Bapak Integrasi Indonesia.
Karman mengatakan, Ketua umum pertama GPII Harsono Cokrominoto juga ikut perang gerilya mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamirkan.
"Jangan sampai tuduhan seperti itu terjadi lagi, kepada kelompok lain di masa yang berbeda. Kita harus belajar sejarah", ungkapnya.
Sementara itu Kapolri dalam paparannya menyatakan Indonesia harus dirawat bersama.
Pertumbuhan ekonomi sebesar rata-rata 5 sampai 6 persen persen per tahun yang ditarget pemerintahan Jokowi hanya bisa terjaga jika stabilitas politik dan keamanan terjaga.
Oleh karena itu, Tito menegaskan tidak akan kompromi dengan semua pihak yang mengganggu keamanan dan ketertiban.
"Lakukan kritik dengan santun dan mematuhi undang-undang", tegasnya.
Tito menambahkan, tindakan anarkis saat ini terjadi karena tidak adanya single otority yang mengatur dunia.
Akhirnya ada kecenderungan salah satu negara di luar sana yang ingin mendominasi terhadap negara-negara kecil dan lemah.
Indonesia harus bersiap, harus ada kekuatan menekan pression group.
Menurutnya, ini bisa jadi salah satu faktor eksternal yang mengancam kebhinekaan dan NKRI.
Di ketahui dalam acara ini jadir juga berbagai organisasi kepemudaan (OKP).
Tampak hadir Ketum DPP IMM Taufan Revolusi, Ketum PII Munawar Khalil, Ketum Himmah Alwasliyah Aminullah Siagian, Ketum Hima Persis Ahmad Nizar Saputra, Ketum Pemuda Muslimin Indonesia ustadz Sabili, Presiden Asean Muslem Student Ascociation (AMSA) Sofwan Nor, mantan ketum GPII A. Toha Almamsur. (rmo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Buah SBY Ajak Publik Awasi Penanganan Kasus Makar
Redaktur & Reporter : Natalia