jpnn.com - jpnn.com - Metode sensus dengan Big Data Mobile Positioning Data (MPD), yang diterapkan Badan Statistik Pariwisata (BPS) untuk menghitung jumlah wisatawan mancanegara di border area dinilai sebagai ide cerdas.
Dengan metode tersebut, sebanyak 19 kabupaten 46 kecamatan yang tidak ter-cover oleh TPI (Tepat Pemeriksaan Imigrasi) di wilayah terdepan RI bisa ter-record nyaris sempurna.
BACA JUGA: BPS Sesumbar Tak Ada Korupsi
"Apa yang dilakukan BPS pada Oktober, November, Desember 2016 itu adalah langkah pintar. BPS semakin modern, semakin familiar dengan teknologi informasi, yang sudah semakin kuat mempengaruhi dunia," ujar Pakar Ekonomi Universitas Indonesia Rhenald Kasali.
Selain itu, dengan Big Data, sudah terbantu oleh mesin dan jauh lebih akurat, real time up date, serta lebih efektif efisien.
BACA JUGA: 2012, Inflasi 4,3 Persen
"Ini sudah menjadi keharusan. Mengubah dari cara konvensional dengan menggunakan digital dan teknologi. Mengganti kertas dengan dunia digital. Kertas itu bisa salah mencatat, bisa salah lihat, tidak real time, sangat terbatas jangkauan indra manusia," tutur dia.
Karena itu, dia mengapresiasi BPS, yang memilih cara cerdas untuk memberi potret angka yang sesungguhnya.
Data resmi BPS itu bukan hanya bermanfaat besar untuk internal Kemenpar, yang harus cepat memperoleh informasi angka-angka untuk pengambilan keputusan, evaluasi kegiatan, dan mambuat analisa pasar.
Tetapi juga sangat penting bagi industri yang bergerak di sektor pariwisata, yang membutuhkan data dan fatka yang akurat dan real time.
"Jadi bukan hanya fungsi internal, ke dalam saja. Tapi juga eksternal, keluar yang memiliki rantai ekonomi yang panjang. Jadi, sudah tepat, apa yang dilakukan BPS itu,” kata Rhenal.
Rhenal menambahkan, menghitung Wisman dengan teknologi seluler sejak Oktober, November, Desember 2016 itu patut diapresiasi.
Apalagi wisman itu sudah digital lifestyle, ke mana saja tidak akan lepas dari handphone.
Rhenald juga menyinggung sepak terjang Angkasa Pura II, yang saat ini sudah menggunakan digital sebagai marwah perusahaan.
"Jadi lahirlah smart airport, lahirlah smart data tourism, muncullah smart data di seluruh lini, jadi BPS juga melahirkan smart data dalam melaksanakan sensus,” kata pria yang juga Ketua Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.
Big Data MPD juga membuat dunia pariwisata serba pasti, semua pelaku pariwisata kata dia, bisa tahu berapa yang datang dan pergi.
Dengan begitu menambah keyakinan para industri yang mampu menciptakan strategi-strategi jitu dalam mendatangkan dan melayani wisatawan agar nyaman datang ke Indonesia.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy