Pakar: Kendali Dikembalikan pada Invidu Saat Pelonggaran PSBB

Rabu, 13 Mei 2020 – 18:54 WIB
Suasana ring satu Jakarta seputar Jalan Thamrin dari Bundaran Hotel Indonesia hingga Sarinah, Jalan Thamrin hingga Tugu Tani terpantau sepi pada Sabtu (11/4) hari kedua penerapan PSBB. Foto: Fathan Sinaga/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia Dr Firman Kurniawan Sujono mengatakan kendali penularan virus COVID-19 kembali kepada individu saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan.

"Mana kala pengetatan dibuka, maka kendali beralih, ada di tangan individu masing-masing," ujar Firman di Jakarta, Rabu (13/5).

BACA JUGA: Update Corona 13 Mei: Ada Lonjakan Penambahan Pasien COVID-19 di Jakarta dan Sulteng

Menurut dia, hal itu memiliki potensi penularan lebih besar, cepat dan luas.
Untuk itu, perlu dikomunikasikan, bagaimana pengaturan mana kala terjadi penularan saat "damai" dengan COVID-19.

Untuk "damai" artinya tetap mengakui potensi penularan alamiah virus yang cepat yang tidak selalu terlihat dan angka kematiannya nyata pada waktu singkat, namun semua aktivitas ekonomi bisnis yang dibekukan selama masa PSBB, digerakkan kembali.

BACA JUGA: Update Corona 13 Mei: Penambahan Pasien Sembuh Hari Ini Lebih Banyak

"Tentu saja dengan protokol ketat dan tetap menjaga pembatasan jarak fisik. Kondisi ini tentunya akan membuat rumah sakit akan mudah penuh dan rasio tenaga kesehatan dengan jumlah pasien yang harus dirawat, lebih cepat terlampaui," katanya.

Pertanyaannya, kata dia, apakah hanya rumah sakit tertentu yang dimanfaatkan untuk merawat pasien atau semua rumah sakit yang saat ini jadi rujukan, tetap difungsikan untuk melanjutkan merawat pasien COVID-19?

BACA JUGA: Update Corona 13 Mei: Penambahan Kasus Positif Covid-19 Cetak Rekor

Dia menjelaskan perkembangan penularan saat ini tidak saja oleh orang yang bergejala sakit, bahkan banyak pasien positif yang sama sekali tanpa gejala.

"Ini tentu mempersulit pengendalian. Dalam konteks damai itu terjadi pembauran yang sehat, sakit dan sakit tanpa gejala."

Selama vaksin belum ditemukan, "damai" bukan berarti virus juga bersedia mengurangi agresivitasnya untuk menular.

"Dalam pikiran sederhana masyarakat, damai artinya virus tetap menular, namun ekonomi kembali digerakkan, sebagaimana menghadapi penularan penyakit lain seperti hepatitis, demam berdarah, TBC atau bahkan HIV AIDS. Sayangnya, virus COVID-19 belum bisa terkendali sejinak itu," kata dia. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler