jpnn.com, JAKARTA - Pakar komunikasi politik Antonius Benny Susetyo menyebut monolog dari budayawan Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa di puncak peringatan Bulan Bung Karno (BBK) akhir pekan lalu seharusnya dilihat secara utuh dan menyeluruh.
Sebab, kata dia, Butet menginginkan demokrasi ke depan tidak dilakukan secara transaksional hingga pemimpin masa mendatang tak punya beban masa lalu ketika pria kelahiran Yogyakarta itu bermonolog di puncak peringatan BBK.
BACA JUGA: Butet: Megawati Itu Levelnya Sudah Makrifat Politik
"Jadi, apa yang dikatakan Butet Kertaredjasa itu dia menginginkan dalam demokrasi kepemimpinan ke depan itu jangan cari pemimpin yang transaksional, jangan cari pemimpin yang ada beban masa lalu, tetapi carilah pemimpin yang berani untuk bekerja bersama rakyat," kata Benny, Selasa (27/6).
Sekretaris Dewan Nasional Setara Institute itu mengatakan monolog Butet dalam puncak peringatan BBK juga hendak membaca realitas politik sosok yang akan dipilih Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
BACA JUGA: Kisah Butet soal Anggrek Putih dari Bu Mega dan Semangat untuk Pulih
"Butet meyakini, bahwa jagoannya yang berambut putih secara simbolik akan di-endorse oleh Presiden Jokowi, meskipun secara simbolik, Pak Jokowi tidak secara benderang meng-endorse salah satu calon siapa presiden itu," ujarnya.
Benny dalam kesempatan yang sama turut menjelaskan soal pertarungan ruang publik antara panggung belakang dan depan tentang perpolitikan Tanah Air ialah kontestasi wacana dan simbol.
BACA JUGA: Butet hingga Bimbo Warnai Pelaksanaan BBK 2023 di GBK
Menurutnya, simbol dan sinyal belakangan sangat penting dalam memengaruhi keputusan politik yang akan diambil.
"Misalnya, simbol pertemuan para partai-partai yang hari ini hadir bersama memperingati ulang tahun PDIP, itu mengisyaratkan memang akan ada kejutan-kejutan di dalam politik, karena dalam politik yang seperti sekarang ini, tidak ada kekuatan politik yang dominan," ujar Benny.
Dia tidak memungkiri masing-masing partai politik belakangan ini akan merebut simbol karena bakal menentukan kemenangan.
"Sebab, masing-masing partai politik itu ujung-ujungnya adalah mencari posisi untuk mendapatkan kekuasaan," ucapnya.
Butet sebelumnya bermonolog di puncak peringatan BBK dan menyinggung tokoh pandir dan sosok yang sedang dipantau oleh KPK, tetapi mengaku dijegal.
Selain itu, monolog Butet juga membahas calon presiden pilihan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ialah sosok berambut putih dan pekerja keras.
Selanjutnya, Butet dalam monolog juga berujar Indonesia akan bersedih jika presiden terpilih adalah tukang culik. (ast/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Aristo Setiawan