jpnn.com, JAKARTA - Pakar Ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi di awal masa pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada tahun 2025 akan tumbuh mencapai 5,1-5,5 persen.
Piter mengatakan angka tersebut sebagai langkah awal pemerintah, namun untuk membawa Indonesia maju pertumbuhan ekonomi harus rata-rata minimal 7 persen selama 10 tahun ke depan.
BACA JUGA: Begini Efek Bansos terhadap Pertumbuhan Ekonomi
“Yang kita butuhkan untuk mewujudkan Indonesia maju adalah pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen selama 10 tahun ke depan. Kalau pertumbuhan 5,1 sampai dengan 5,5 persen saya tidak yakin tercapai, maka tidak mungkin juga kita menargetkan Indonesia maju,” ujar Piter, Rabu (22/5/2024).
Menurut Piter, Indonesia memiliki prasyarat untuk tumbuh di atas 7 persen asalkan kebijakan ekonomi pemerintah Prabowo-Gibran harus tepat dan efisien.
BACA JUGA: Catatan Ketua MPR: Tetaplah Berhati-hati dan Bijaksana Mengelola Pertumbuhan Ekonomi
“Indonesia memiliki semua prasyarat untuk tumbuh tinggi di atas 7 persen. Yang dibutuhkan adalah kebijakan yang tepat yang bisa mengatasi semua penyakit ekonomi, kita selama ini utamanya inefisiensi,” ujar Piter.
Lebih lanjut, Piter mengatakan masalah inefesiensi ekonomi berharap dapat ditangani oleh pemerintah Prabowo-Gibran sehingga target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen bukan lagi hal yang tidak mungkin.
BACA JUGA: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Indonesia Diperkirakan Lebih Baik
“Seharusnya kita optimis dan berharap pemerintahan Prabowo bisa mengatasi penyakit ekonomi tersebut sehingga pertumbuhan ekonomi tinggi bukan lagi sesuatu yang dianggap mustahil,” ujar Piter.
Lebih lanjut Piter menyampaikan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka akan berimbas juga terhadap penurunan angka pengangguran dan kemiskinan, yang bisa ditekan ke angka yang lebih rendah lagi.
“Pertumbuhan ekonomi adalah syarat mengatasi pengangguran. Apabila pertumbuhan ekonomi bisa dipacu di atas 6 persen, pengangguran dan kemiskinan akan dapat ditekan lebih rendah,” bebernya.
Selain mengatasi masalah inefesiensi ekonomi, pemerintahan yang baru juga didorong agar menggenjot pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan juga investasi.
“Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi memang tidak bisa ujug-ujug. Pertumbuhan ekonomi di tahun 2025 lebih banyak dipengaruhi kebijakan dan program tahun 2024 atau sebelumnya,” katanya.
“Dengan pertimbangan itu memang pertumbuhan ekonomi 2025 diperkirakan tidak akan melompat lebih besar dari pada 6 persen, tetapi untuk pertumbuhan 5 sampai 6 persen masih sangat mungkin dicapai. Dengan syarat adanya kebijakan yang cukup mendukung untuk mendorong konsumsi dan investasi,” ujar Piter.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membidik pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 5,1-5,5 persen di 2025 mendatang.
Sri menjelaskan dengan semangat menjaga stabilitas ekonomi selama ini, perkiraan pertumbuhan ekonomi bisa berkisar pada angka 5,1-5,5 persen di 2025 mendatang.
“Kami optimistis dengan bekerja keras dan berkomitmen bersama menjaga stabilitas ekonomi dan komitmen melakukan terobosan kebijakan maka pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,1 hingga 5,5 persen,” ucap Sri Mulyani.
Selain itu, Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah menargetkan untuk menekan angka kemiskinan antara 7-8 persen untuk sasaran pembangunan pada 2025.
“Efektivitas kebijakan fiskal dalam mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan dilihat dari berbagai target tahun 2025. Yaitu penurunan tingkat pengangguran pada kisaran 4,5 hingga 5 persen, angka kemiskinan diperkirakan berada pada rentang 7-8 persen," ungkap Sri Mulyani.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari