jpnn.com, JAKARTA - Pakar terorisme Darmansjah Djumala mengatakan komitmen Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk melindungi perempuan, anak, dan remaja dari pengaruh ideologi radikalisme dan terorisme dinilai sudah tepat.
Pernyataan ini dikemukakannya pada Forum Bakohumas BNPT yang diadakan di Jakarta, Kamis (5/9).
BACA JUGA: BNPT dan Kepala Kesbangpol Se-Indonesia Bahas Kompetisi Jurnalisme Kebangsaan Mahasiswa 2024
BNPT sendiri menegaskan komitmennya untuk melindungi perempuan, anak, dan remaja dari pengaruh ideologi radikalisme dan terorisme.
Perlindungan terhadap kelompok rentan ini menjadi prioritas utama dalam tujuh program BNPT untuk tahun 2024.
BACA JUGA: Kepala BNPT Mendukung Tim Pelaksana Kompetisi Jurnalis Kebangsaan Mahasiswa 2024
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap peningkatan keterlibatan perempuan dan anak dalam aksi terorisme.
"BNPT secara cermat dan tepat menjadikan itu (perlindungan perempuan, anak dan remaja) sebagai program prioritas," kata Djumala yang juga anggota Kelompok Ahli BNPT bidang Hubungan Internasional dalam forum tersebut.
BACA JUGA: Densus 88 Tangkap Residivis Teroris di Karawang, Kepala BNPT Bilang Begini
Perlindungan kelompok rentan ini menjadi program prioritas pertama dari tujuh program utama BNPT untuk tahun 2024.
Langkah ini diambil menyusul peningkatan keterlibatan perempuan dan anak dalam aksi terorisme, seperti yang terlihat pada peristiwa Bom Surabaya 2018.
Untuk diketahui, perlindungan perempuan, remaja, dan anak-anak ini menjadi program prioritas pertama dari tujuh program utama BNPT untuk tahun ini.
Ini sejalan dengan mandat BNPT untuk melindungi rakyat dari bahaya ideologi radikalisme dan terorisme.
Fenomena pelibatan perempuan, remaja, dan anak dalam aksi terorisme ini disebut Djumala sebagai tren baru yang mengkhawatirkan.
Djumala mencontohkan bom Surabaya 2018, di mana satu keluarga terlibat dalam aksi teror.
"Ini nyata, satu keluarga bahagia, kepala keluarga, istri, dan anak-anaknya, semuanya terkait dengan ISIS dan melakukan serangan bom bunuh diri," jelasnya.
Menurut Djumala, peran ayah sebagai kepala keluarga sering kali menjadi faktor pengaruh utama dalam radikalisasi keluarga.
Djumala menekankan tren ini merupakan perubahan dari pola sebelumnya, di mana pelaku terorisme umumnya adalah laki-laki dewasa, baik secara individu maupun kelompok.
Saat ini, radikalisasi telah melibatkan perempuan dan anak-anak, yang dipengaruhi oleh kepala keluarga laki-laki.
Sebagai respons terhadap tren ini, BNPT telah merancang sejumlah program untuk meningkatkan resiliensi publik dan mencegah radikalisasi, terutama di kalangan perempuan, anak, dan remaja.
Selain perlindungan terhadap kelompok rentan ini, BNPT juga menjalankan berbagai inisiatif lain, seperti pembentukan Desa Siapsiaga, Sekolah Damai, dan Kampus Kebangsaan, serta program reintegrasi dan reedukasi bagi mitra deradikalisasi.
Sekretaris Utama BNPT, Bangbang Surono, Ak., M.M., CA menyampaikan BNPT sudah memiliki program bagaimana melindungi perempuan, remaja dan anak dengan membentuk family resilience.
"Kemudian kalau dari lingkup terkecil sudah kuat, naik menjadi public resilience, lalu national resilience sehingga kita kuat untuk bisa menangkal paham radikal terorisme di Indonesia ini," kata Bangbang Surono.
Program-program ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi ancaman radikalisme dan mencegah terulangnya kasus-kasus serupa di masa depan. (mar1/jpnn)
Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi