MURATARA - Amrul (35), warga Jalan Pembangunan Kelurahan Margamulya, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II, Muratara, Sumatera Selatan meyakini polisi salah sasaran. Paman korban, Herlika alias Heri (19) yang ditembak mati aparat di sebuah kawasan perkebunan karet di Muratara mengaku keponakannya adalah anak yang terdidik.
"Petugas itu salah sasaran. Tidak mungkin Heri ini sering melakukan tindak perampokan, saya kenal sekali kalau Heri itu anak yang baik," kata Amrul kepada Sumatera Ekspres (JPNN Group), Selasa (2/7).
Heri tewas setelah timah panas polisi menembus dadanya dalam sebuah penggerebekan. Versi Polisi, Heri merupakan target operasi (TO) dengan tindakan kriminal perampokan.
Saat itu, Heri bersama kakaknya Syaipul yang juga merupakan TO. Namun, Syaipul berhasil melarikan diri sementara Heri dilumpukan dengan senjata api.
Amrul menjelaskan Heri merupakan siswa kelas 2 di salah satu SMA yang di Kecamatan Muara Rupit. Heri pada saat kejadian sedang liburan sekolah dan ikut menyadap karet dengan Syaipul. "Kebetulan sedang libur sekolah, jadi Heri ikut nyadap karet dengan kakaknya untuk mengisi waktu liburnya," katanya.
Insiden penembakan Heri memicu amarah warga. Sesaat kemudian, dua kantor Polsek dibakar warga. Polsek pertama yang dilalap api adalah Polsek Rupit. Kemudian berlanjut ke Polsek Rawas Ulu yang jarak tempuhya sekitar setengah jam dari Polsek Rupit. (06/awa/jpnn)
"Petugas itu salah sasaran. Tidak mungkin Heri ini sering melakukan tindak perampokan, saya kenal sekali kalau Heri itu anak yang baik," kata Amrul kepada Sumatera Ekspres (JPNN Group), Selasa (2/7).
Heri tewas setelah timah panas polisi menembus dadanya dalam sebuah penggerebekan. Versi Polisi, Heri merupakan target operasi (TO) dengan tindakan kriminal perampokan.
Saat itu, Heri bersama kakaknya Syaipul yang juga merupakan TO. Namun, Syaipul berhasil melarikan diri sementara Heri dilumpukan dengan senjata api.
Amrul menjelaskan Heri merupakan siswa kelas 2 di salah satu SMA yang di Kecamatan Muara Rupit. Heri pada saat kejadian sedang liburan sekolah dan ikut menyadap karet dengan Syaipul. "Kebetulan sedang libur sekolah, jadi Heri ikut nyadap karet dengan kakaknya untuk mengisi waktu liburnya," katanya.
Insiden penembakan Heri memicu amarah warga. Sesaat kemudian, dua kantor Polsek dibakar warga. Polsek pertama yang dilalap api adalah Polsek Rupit. Kemudian berlanjut ke Polsek Rawas Ulu yang jarak tempuhya sekitar setengah jam dari Polsek Rupit. (06/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hindari Konflik Mura-Muba, Mendagri Dalami Batas Wilayah
Redaktur : Tim Redaksi