PAN Cenderung Berseberangan dengan Jokowi di Pilpres 2019

Senin, 05 Maret 2018 – 20:20 WIB
Yandri Susanto. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Peluang kehadiran dua calon presiden pada Pilpres 2019 untuk bersaing dengan petahana Joko Widodo (Jokowi) sangat terbuka.

Kemungkinan itu bisa datang dari Partai Gerindra, PAN, PKS, PKB dan Partai Demokrat yang sama-sama belum mendeklarasikan capres. Suara lima partai politik itu jika digabungkan kurang lebih 47,5 persen dan bisa menghasilkan dua pasangan calon sesuai syarat ambang batas pencalonan presiden 20 persen.

BACA JUGA: PAN Kemungkinan tak Ikut Usung Jokowi di Pilpres 2019

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PAN Yandri Susanto mengatakan kalau dari lima parpol itu tidak ada yang menyeberang mendukung Jokowi, maka bisa tercipta dua pasangan calon (paslon) lagi.

Namun, ujar Yandri, bisa saja lima partai ini kemudian bergabung untuk mengusung satu pasangan capres dan cawapres 2019. "Siapa capres dan cawapresnya bisa dibicarakan," tegas Yandri di gedung DPR, Jakarta, Senin (5/3).

Dia menegaskan, PAN siap bergabung dengan partai-partai tersebut mengusung capres dan cawapres, supaya tidak ada calon tunggal. "Calon tunggal menurut kami tidak elok, dan tidak bagus," katanya.

Menurut dia, nanti siapa pun yang memenangkan Pilpres harus dihormati. Baik itu Jokowi maupun calon yang baru. Yang penting, kata dia, jangan sampai terjadi calon tunggal di Pilpres 2019. "Pak Jokowi menang, tidak apa apa. Yang baru menang tidak apa-apa, kami hormati," jelasnya.

BACA JUGA: Jokowi Minta Menko Darmin Mengendalikan Harga Beras

Lebih lanjut dia mengatakan, PAN dan Partai Gerindra pun sebenarnya lebih dari cukup menciptakan pasangan sendiri. Jika PAN dan Partai Gerindra mengusung calon, PKB, PKS dan Partai Demokrat juga bisa melakukan hal yang sama.

"Atau mungkin nanti Partai Gerindra (berkoalisi) dengan siapa, yang lain merapat bikin poros baru," katanya.

BACA JUGA: Jokowi Ingatkan Menterinya Waspadai Dinamika Ekonomi Dunia

Namun, ujar dia, semua masih dalam tahap penjajakan. Partai masih berkomunikasi intensif mengejar waktu pendaftaran capres yang dimulai 4 Agustus 2018.

Menurut Yandri, sebenarnya banyak figur yang bisa diusung poros tersebut. Antara lain mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketum PAN Zulkifli Hasan, serta Ketua Komando Satgas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. "Tinggal nanti diformatnya bagaimana," tegasnya.

Namun, dia mengakui, sampai saat ini belum ada sikap tegas dari semua partai, apakah mau bergabung mengusung satu paslon yakni Prabowo Subianto, atau ada calon alternatif lain.

Selain itu, ujar Yandri, mungkin saja masih ada yang minat gabung ke Jokowi. "Hari ini belum ada yang terjawab. Tapi kalau PAN insyaallah cenderungnya bisa membuat poros baru atau dengan Gerindra saja sudah cukup," ujarnya.

Menurut dia, penjajakan antar-partai politik sekarang ini belum terlalu fokus. Sebab, kata Yandri, masih belum ada jaminan lima partai itu akan mengusung siapa yang bakal jadi capres.

"Karena juga tidak ada jaminan. Kalau tiba-tiba misalnya jadi dua calon (selain Jokowi), tiba-tiba di ujung lari ya kan bisa gigit jari. Makanya sekarang ingin memastikan komunikasi itu tidak ada dusta di antara kita," ungkapnya.

Menurut dia, setidaknya ada dua partai yang masih punya kemungkinan untuk lari atau menyeberang mendukung Jokowi. Dia menegaskan, partai ini sebenarnya sangat menentukan dalam pembentukan poros baru Pilpres 2019.

"Pokoknya ada dan itu perlu dipastikan komitmen untuk mereka apakah mau bergabung di luar Jokowi atau ke Jokowi," katanya. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ujug-Ujug Deklarasi Capres, Ini Janji Manis Rizal Ramli


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler