jpnn.com, JAKARTA - Partai Golkar tengah membangun komunikasi intens dengan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) dan Koalisi Perubahan. Meskipun Golkar mengklaim Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas masih solid.
Peneliti Utama BRIN, R Siti Zuhro menilai, KIB sejak awal terkesan hanya membangun kesepakatan ‘tentatif’ tiga partai yakni Golkar, PAN dan PPP. Tanpa membahas siapa capres-cawapres.
BACA JUGA: Ketum Golkar Sebut Pembahasan Wacana Prabowo-Airlangga Sudah Sangat Mendalam
“Masing-maisng partai diberi kesempatan untuk mengusulkan calonnya. Dengan berjalannya waktu, masing-masing partai di KIB proaktif/kreatif untuk mencari paslon,” ujar Siti Zuhro saat dihubungi, Kamis (30/3).
Siti juga menilai aneh, yang diusulkan oleh PAN dan PPP sebagai capres dan cawapres justru nonkadernya. Bahkan kader partai di luar KIB seperti Ganjar-Erick dan Sandiaga Uno.
BACA JUGA: Golkar Ajak Masyarakat Pilih Pemimpin Tengah, Tidak Terlalu Kiri atau Kanan
“Sementara Golkar yang katanya sudah mantap dengan ketuanya sebagai capres, belum juga dideklarasikan,” imbuhnya.
Tampaknya, lanjut dia, Golkar mulai menghitung ulang prospek KIB dan pencalonan ketumnya. Sebab, dengan perkembangan sekarang, bisa saja Golkar masuk angin.
BACA JUGA: Tunggu Jokowi Tunjuk Pengganti Amali, Golkar Embuskan Isu Reshuffle Sejumlah Pos di Kabinet
“Tidak jadi leading party meskipun memiliki kursi oke di DPR. Karena itu Golkar mencoba berkomunikasi dengan partai-partai lain seperti NasDem, Gerindra dan PKB.
Menurut Siti, penjajakan tersebut dilakukan sebagai solusi terhadap macetnya KIB yang tak kunjung mengerucut memunculkan capres dan cawapres.
“Tampaknya Golkar punya peluang untuk bergabung dengan KIR atau Koalisi Perubahan,” kata Siti.
Namun, kemungkinan bergabungnya Golkar ke dua poros tersebut belum tentu berjalan mulus. Khususnya soal jatah capres dan cawapres.
“Masalah muncul terkait dengan peluangnya untuk diterima sebagai capres atau cawapres di KIR dan Koalisi Perubahan,” kata Siti.
Siti menambahkan, Ketum Golkar Airlangga Hartarto tampaknya tidak diunggulkan Presiden Jokowi. Sehingga peluang Golkar untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan terbuka lebar.
“Restu Jokowi ke Prabowo dan Ganjar. Sebagai partai besar, Golkar ingin exist dan memiliki peran. KIB pasca perjodohan tentatif bisa jadi merasa ditinggalkan Jokowi. Sehingga dia harus mandiri dan menentukan nasibnya sendiri,” tutup Siti. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif