Panas Menyengat di Pakistan, Rumah Persemayaman Jenazah Kewalahan

Selasa, 23 Juni 2015 – 05:55 WIB
Terik mentari yang membakar membuat sejumlah anak muda di Pakistan ini berendam di sungai. (Aamir Qureshi/AFP Photo)

jpnn.com - KARACHI –  Hingga Senin (22/6), 148 nyawa melayang karena suhu ekstrem di Pakistan sejak akhir pekan lalu. Terutama di kawasan selatan. Di Kota Karachi, Provinsi Sindh, temperatur udara mencapai 45 derajat Celsius.

Zafar Ejaz, kepala Dinas Kesehatan Karachi, melaporkan bahwa seluruh rumah sakit di kota terbesar Pakistan itu sibuk merawat pasien yang tidak tahan dengan hawa panas. Rata-rata mereka mengalami dehidrasi.

BACA JUGA: Sebelum Masuk Pesawat, Tenggak Sebotol Wine Pendongkrak Hasrat Seks

”Sejauh ini, ada sedikitnya 148 laporan kematian terkait hawa panas,” katanya dalam jumpa pers. Dia melanjutkan, jumlah korban tewas masih bisa bertambah.

Selain merenggut 148 nyawa, hawa panas mengakibatkan ratusan warga Pakistan terpaksa menjalani perawatan di rumah sakit. Mereka mengeluh pusing, pandangan berkunang-kunang, dan demam.

BACA JUGA: Begini Cara Taliban Mengajak Pegawai Pro-Pemerintah dan Masyarakat Bergabung

”Sebagian besar pasien adalah warga lanjut usia. Fisik mereka sudah tidak kuat lagi menahan paparan hawa panas yang terus-menerus,” terang Seemi Jamali, juru bicara Rumah Sakit Jinnah.

Banyaknya korban tewas juga membuat pengurus rumah persemayaman jenazah kewalahan. Edhi Welfare Organization, yayasan yang biasa mengurus persemayaman hingga pemakaman jenazah, tidak sanggup menerima kiriman jasad yang terus mengalir sejak Sabtu (20/6).

BACA JUGA: Gunung Berapi Filipina Muntahkan Awan Panas, Penduduk Diminta Siapkan Stok Makanan

Biasanya rumah persemayaman terbesar Karachi itu hanya menerima dan mengurusi maksimal 20 jenazah setiap hari.

”Kami terpaksa memakamkan 30 mayat yang tidak kunjung diambil keluarga atau kerabatnya. Itu kami lakukan supaya jenazah-jenazah yang terus berdatangan mendapatkan tempat,” ungkap Anwar Kazmi, salah seorang pengurus yayasan. Hingga kemarin, rumah persemayaman di kawasan Sohrab Goth tersebut masih menampung puluhan mayat.

Dampak serius hawa panas itu memaksa pemerintah provinsi memberlakukan status darurat pada seluruh rumah sakit di Sindh. ”Kami melarang seluruh dokter dan staf medis cuti dari pekerjaan mereka. Kami juga meningkatkan pasokan obat-obatan di seluruh rumah sakit,” papar Saeed Mangnejo, pejabat kesehatan di tingkat provinsi.

Hawa panas yang membuat warga Karachi tak berdaya itu sebenarnya cukup jarang terjadi. Selama lebih dari tiga dekade terakhir, baru kali ini suhu udara di kota pelabuhan tersebut mencapai 45 derajat Celsius.

”Ini rekor baru di Karachi setelah temperatur 47 derajat Celsius pada 1979,” tulis Badan Meteorologi Pakistan. Lembaga itu meramalkan, suhu udara akan berangsur normal dalam hitungan hari.

Kendati demikian, pemerintah tetap mengimbau warga untuk tidak berada di luar rumah terlalu lama. Sebisanya warga harus menghindari terik matahari. Mereka juga diimbau menggunakan pelindung saat berada di luar rumah. ”Banyak-banyak minum air dan gunakan pakaian tipis yang berbahan katun untuk mengurangi panas,” kata Jamali.

Kemarin Perdana Menteri (PM) Nawaz Sharif memperingatkan perusahaan-perusahaan pembangkit listrik di seluruh Pakistan untuk menjamin pasokan bagi warga.

”Saya tidak akan menoleransi adanya pemadaman listrik pada bulan Ramadan ini,” tandasnya. Tapi, karena suhu ekstrem, listrik di beberapa kawasan Karachi sempat padam selama beberapa waktu. (AP/AFP/bbc/hep/c10/ami)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gelombang Panas di Karachi Memburuk, Jumlah Korban Tewas Capai 122 Orang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler