Pandai Mainkan Emosi, Sukses Belah Oposisi

Minggu, 01 Mei 2011 – 01:19 WIB
SANAA - Di mata para analis politik, semakin hari Presiden Ali Abdullah Saleh kian pandai mempermainkan emosi rakyat di YamanTerutama, kelompok oposisi yang menuntut dia segera mundur

BACA JUGA: Marty: Hubungan RI-Tiongkok Kini di Tingkat Tertinggi

Berbagai manuver politik yang dia lakukan malah mampu membuat oposisi terbelah
Termasuk, janji manisnya untuk mundur dari jabatannya.

"Saleh mendapatkan apa yang dia inginkan

BACA JUGA: Hamas-Fatah Damai, Siapkan Palestina Merdeka

Setelah dia menerima exit plan GCC, oposisi langsung menolak
Tepat seperti yang dia prediksi

BACA JUGA: Gencatan Senjata Hanya Bertahan Sehari

Dia hanya berusaha mengulur waktuTetapi, aksinya sukses membelah oposisi," papar Abdel-Rahman al-Rashed dalam analisisnya, seperti dikutip Deutsche Presse-Agentur (DPA) Tetapi, setidaknya dia sudah terlihat seperti "mau" berdamai dengan oposisi.

Berbekal strategi politik tingkat tinggi, Saleh akhirnya ngotot bertahanPadahal, sebagian besar rakyat sudah tak menginginkannya lagiPemimpin 65 tahun itu yakin masih punya banyak waktu untuk memainkan trik politikYang paling penting adalah memperdaya oposisi.

Beberapa saat setelah Saleh akhirnya bersedia mundur seperti usul GCC, oposisi Yaman terbelahPara aktivis prodemokrasi yang lantang menuntut dia mundur sempat terdiamSebagian mau menunggu datangnya hari istimewa mundurnya SalehTetapi, sebagian lain menuntut penguasa Yaman itu mundur sesegera mungkin.

Kendati begitu, oposisi tak berdiam diriHingga kemarin (30/4) gelombang unjuk rasa masih mewarnai jalan-jalan utama kota-kota besar YamanMeski berhadapan dengan moncong senjata pasukan yang loyal kepada Saleh, kaum reformis di Yaman tak gentar"Kami tak akan berhenti sampai rezim (Saleh) hancur," tegas Mahmud al-Shaobi kepada New York Times Jumat lalu (29/4).

Demonstran asal Taiz itu mengatakan bahwa para loyalis Saleh tak hanya menggunakan meriam, tank, atau senapan otomatis dalam merepresi oposisi"Helikopter-helikopter pemerintah pun terus terbang rendah di atas kamiMiliter Saleh tak henti menembaki kami," ujar Shaobi mengenang kerusuhan di kota kelahirannya pertengahan bulan ini.

Pemandangan brutal seperti dituturkan Shaobi tak hanya terjadi di TaizKota Sanaa, ibu kota Yaman, pun tak luput dari amuk pasukan SalehSedikitnya 130 warga sipil yang ikut menyuarakan reformasi tewasItu belum termasuk aktivis prodemokrasi yang diculik dan hingga kini nasibnya tidak jelasKonon, jumlahnya mencapai 500 orang.

Represi terhadap warga sipil Yaman memantik amarah duniaAS pun bersuaraPresiden Barack Obama mendesak Saleh, yang notabene sekutu dekatnya, untuk segera lengser dan mengakhiri kebrutalan militernyaTapi, AS tampaknya lupa bahwa senjata yang digunakan pasukan Saleh berasal dari negeri tersebut.

"Sebagian armada yang dimanfaatkan tentara Saleh berpatroli di langit kota-kota besar Yaman dan memburu oposisi berasal dari pemerintahan ObamaItu termasuk dalam paket bantuan militer USD 83 juta (sekitar Rp 710 miliar) yang dikucurkan AS ke Yaman," papar Nick Turse, sejarawan yang mengajar di Radcliffe Institute, Harvard University, AS.

Menurut dia, sejak awal 2011 Pentagon (Departemen Pertahanan AS) mengirimkan bantuan militer bertahap ke YamanSelain dalam bentuk uang tunai, bantuan tersebut meliputi armada udaraDi antaranya, helikopter jenis Bell UH-1Hs atau Huey II, Huey terbaru seperti yang digunakan pasukan penembak AS dalam Perang Vietnam.

Pentagon juga memberikan pelatihan kepada beberapa pilot dan teknisi Yaman terkait perlengkapan militer yang baru saja dikirimSebanyak 12 pilot Angkatan Udara (AU) Yaman dan 20 teknisi pesawat menjalani pelatihan di fasilitas Bell di Alliance, Texas"Itu bentuk sederhana dukungan AS terhadap kediktatoran Saleh," tuding Turse.

Kendati bantuan AS itu hanya bagian kecil dari senjata militer Yaman, negara-negara Timur Tengah menyesalkan keterlibatan pemerintahan ObamaIronisnya, beberapa hari setelah AS mengucurkan bantuan itu ke Yaman, Obama pidato soal kebebasan"Saya yakin nilai-nilai fundamental AS juga ada di negara lainYakni, kebebasan berbicara, kebebasan berpendapat, kebebasan mengakses internet, dan berkomuninasi," kata Obama.

Lewat pidato tersebut, presiden ke-44 AS itu secara tidak langsung minta Saleh menghormati oposisiDengan kata lain, membiarkan unjuk rasa damai aktivis prodemokrasi di YamanTapi, Saleh mengabaikan imbauan sekutunya dan memilih bertahan di kursi presiden.

Tahun sebelumnya, bantuan AS ke Yaman bahkan lebih banyakTidak hanya helikopter dan pesawat ringan, tetapi senapan otomatis ukuran kecil, amunisi, kendaraan militer, truk logistik, radio, dan kamera pengintaiJuga komputer, kapal patroli, dan suku cadang helikopterAwalnya, peralatan dan perlengkapan militer itu dimaksudkan untuk menumpas Al Qaidah.

Di sisi lain, aktivis HAM Yaman Tawakul Karman menilai AS tak sungguh-sungguh meminta Saleh lengserPasalnya, gerakan anti pemerintah yang muncul di Yaman setelah Revolusi Melati di Tunisia dan Revolusi Tahrir di Mesir melemahkan posisi AS di Timur TengahMenurut aktivis HAM sekaligus tokoh oposisi Yaman itu, AS tak ingin isiko kehilangan mitra esensialnya di Timur Tengah untuk kali ketiga.

"Saya rasa kita semua telah dikhianatiLambat laun, kami kehilangan kepercayaan kepada AS," papar KarmanPadahal, menurut dia, AS jauh lebih digdaya ketimbang negara-negara Barat lain untuk memaksa Saleh lengser(berbagai sumber/hep/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Korban Tewas Badai Alabama Capai 310 Orang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler