Pandemi, Bisnis Ritel, dan Geliat Kebangkitan Ekonomi

Kamis, 29 April 2021 – 04:56 WIB
GMT Institute berkomitmen untuk terus mengadakan kegiatan diskusi untuk mendapatkan solusi terbaik dengan tema yang sesuai dengan permasalahan terkini. Foto: GMT Institute

jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, tetapi memicu resesi ekonomi. Berbagai sektor industri tidak dapat melakukan aktivitas secara normal, salah satunya mal.

Retail and Consumer Strategist Yongky Susilo menyatakan, badai virus corona yang menerjang sejumlah negara telah menimbulkan efek kejut luar biasa.

BACA JUGA: Bea Cukai Ikut Meluncukan Mal Pelayanan Publik Kota Bekasi

Oleh karena itu, perlu solusi terbaik melalui kebijakan, strategi, dan seni untuk mengelola dinamika penyewa, pengunjung, kondisi karyawan, biaya operasional dan aspek lain.

"Selama pandemi kami mengalami penurunan ekonomi yang dashyat di setiap negara melakukan lockdown. Sehingga penjualan ritel dan hubungan mal semua turun," kata Yongky Susilo dalam diskusi virtual GMT Institute Cost Turbulensi, yang dipandu Anchor Radio Show TV-One Raldy Doy Rabu (28/4).

BACA JUGA: Beli Sukuk Ritel Syariah lewat BRI, Aman dan Menguntungkan, Begini Caranya...

Menurut dia, penyebaran dan mutasi Covid-19 membuat mobilitas masyarakat terbatas dan mengesampingkan kegiatan yang tidak mendesak.

Hal itu, berdampak langsung terhadap kunjungan ke mal.

BACA JUGA: Mantap! Penjualan Ritel Toyota Meroket hingga 111 Persen

"Saat ini bisa fokus ke hal-hal penting, bisa survive. Memang konsumen itu beralih, orang tidak berbelanja yang tidak perlu," tutur Yongky.

Yongky menyebutkan meski bencana non-alam ini tidak dapat diprediksi kapan akan berlalu.

Namun diyakininya kondisi penuh ketidakpastian akan segera normal, seiring perilaku disiplin mematuhi protokol kesehatan.

"Kami percaya ini sementara, ini akan berangsur normal lagi," imbuhnya.

Selain itu, lanjut Yongky, dukungan masyarakat untuk tidak mudik lebaran tahun ini akan membantu pengendalian penyebaran Covid-19.

"Kita dukung tindakan tidak mudik pemerintah, belanja tetap dong tapi barangnya diantar," katanya. 

Yongky mengakui saat ini bisnis mal dinilainya berangsur membaik, meski telah dilanda pandemi Covid-19 melanda.

Terlebih, kata dia, adanya kebijakan tentang pembatasan kegiatan masyarakat, namun mengizinkan mal tetap beroperasi.

"Ritel sudah mulai kembali naik lagi, tapi belum 100 persen. (sejak mal dibuka-red)," nilainya. 

Hal itu didukung oleh momentum menyambut Hari Raya Idulfitri 2021, di mana masyarakat selalu berburu busana baru.

"THR turun minggu ini, minggu depan sudah pada belanja. Tolong prokesnya diketatkan jangan sampai Covid-19 tak meledak lagi," ujar Yongky.

Sekjend Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Haryanto Pratantara menyadari kondisi di tengah pandemi Covid-19 membuat semua serba sulit.

Selain itu, kata dia, saat ini biaya penyewaan tenant di mal melambung tinggi.

"Cost dari waktu ke waktu meningkat. Bagaimana menyiasati ketika melakukan efesiensi. Ini juga suatu tantangan tips dan trik masing-masing ritel," kata Haryanto.

Dia menyebut untuk itu setiap toko perlu melakukan inovasi agar memudahkan pelanggan setianya kembali berbelanja atau meninggalkan sebuah kesan ketika bertransaksi. 

"Konsumen akan didominasi generasi Z. Konsumen nanti lebih menginginkan lebih praktis, mudah, simpel dan cepat. Memberikan banyak pilihan dan pengalaman menyenangkan," jelaa Haryanto.

Pola Meringankan Penyewa Mal

Praktisi Property Management-Member of GMT Asj'ari Bali menyatakan terus berupaya membuat pola yang meringankan penyewa tenant, sehingga performa pelayanan mal tetap prima.

"Sebagai pengelola mal, tentu harus menyesuaikan tagihan biaya operasional kepada tenant. Berkomunikasi dengan tenant, kita juga mencari formula terbaik," cetus Asj'ari.

Menurut Asj'ari, pola penyesuaian bagian operasinal pada tenant juga mempunyai konseksuensi. Jika pihaknya memberikan diskon besar, tenant bisa menyesuaikan stuktur biaya yang ada di masa pandemi.

"Piutang tak terbentuk, jika memilih opsi satu tidak ada masalah," katanya. 

Di sisi lain, jika diskon yang diberikan tidak besar maka risikonya tenant tidak bisa membayar penuh. "Ini yang tidak diharapkan pengelola. Tapi kami tetap punya batasan bahwa mal harus dioperasikan dengan harga yang cukup," ujar Asj'ari.

Oleh karena itu, perlu satu strategi, pengendalian, kepemimpinan terhadap struktur biaya ini.

"Sehingga bisa mencari solusi terbaik," tambahnya.

Kebijakan untuk Mentas dari Resesi Ekonomi

Kepala Bagian Pangan dan Ekonomi daerah, Biro Perekonomian dan Keuangan Pemprov DKI Jakarta Achmad Chudhoiri menuturkan, pada 2020 Jakarta mengalami resesi setelah terjadi pertumbuhan ekonomi negatif berturut.

Kendati demikian, pihaknya menelurkan sejumlah kebijakan pemulihan ekonomi.

"Kontribusi Jakarta terhadap perekonomian nasional sangat besar. Pada 2020, Jakarta berkontribusi sebesar 17,56 persen terhadap perekonomian nasional. Kami harus optimis. Kami sudah punya proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai 2023," tandasnya.

Seperti diketahui, GMT Institute berkomitmen untuk terus mengadakan kegiatan diskusi untuk mendapatkan solusi terbaik dengan tema yang sesuai dengan permasalahan terkini.

Hal itu sebagai komitmen GMT Institute dalam berkontribusi terhadap pertumbuhan industri properti, terutama dalam kompetensi sumber daya manusia property. (jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BACA ARTIKEL LAINNYA... TOP, Daihatsu Raih Peringkat 2 Penjualan Ritel Selama 12 Tahun Berturut-turut


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler