Pandemi Corona, Industri Hulu Migas Perlu Dukungan Ekstra Supaya Tetap Beroperasi

Minggu, 10 Mei 2020 – 21:29 WIB
Ilustrasi eksplorasi migas. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) menilai pandemi Covid 19 akan mengubah pola bisnis industri hulu migas ke depan.

Dampak yang langsung terlihat adalah turunnya permintaan minyak global secara signifikan yang berakibat harga minyak turun drastis dan semua tangki penampung yang tersebar di dunia dalam posisi penuh.

BACA JUGA: Tetap Melayani di Masa Pandemi, Bea Cukai Riau Berikan Fasilitas Fiskal Migas secara Online

“IATMI mendorong dan siap mendukung pemerintah dan pelaku industri hulu melakukan langkah cepat yang diperlukan untuk mengantisipasi persaingan di era yang sama sekali berbeda,” ujar Deputi Kajian dan Opini IATMI Benny Lubiantara di Jakarta, Jumat (8/4).

Benny menuturkan pada 2015 dan 2016, harga minyak juga mengalami penurunan cukup tajam karena kelebihan pasokan akibat munculnya produsen baru US shale oil. 

BACA JUGA: Pertamina Dinilai Proaktif Laporkan Tindakan Kriminal Migas

Namun, kondisi pada 2020 ini jauh lebih kompleks, karena kombinasi mendadak hilangnya permintaan yang siginifikan akibat pandemi Covid-19 dan produksi minyak global yang masih berlimpah.

“Industri hulu migas Indonesia bagian dari industri migas global tentu terdampak langsung dengan kondisi ini. Sebelumnya, ketika harga minyak turun drastis, SKK Migas, KKKS bersama dengan industri penunjang melakukan berbagai upaya efisiensi biaya yang cukup berhasil,” paparnya.

BACA JUGA: Komentar di IG Ayah Angkat Syahrini, Nikita Mirzani: Sudah Habis Duit Dibuang Pula Kamu

"Pada kondisi Covid-19 ini, IATMI melihat perlunya kembali didorong upaya-upaya ekstra dari semua pemangku kepentingan agar industri hulu migas tetap bisa survive beroperasi," imbuhnya.

Dengan kondisi tersebut, IATMI merekomendasikan beberapa kebijakan, strategi dan upaya yang perlu dilakukan dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Menurutnya,  kebijakan,  strategi  dan  upaya  yang  perlu  dilakukan dalam  jangka  pendek  yakni  dukungan  kelangsungan  operasional sektor hulu migas agar tetap berjalan.

“Dalam  jangka  pendek  ini,  IATMI  mendorong  agar  Pertamina, sebagai BUMN Migas milik negara yang memiliki 36 persen kontribusi produksi nasional, terus berkomitmen untuk tetap menjaga keberlangsungan  industri  hulu  migas  nasional  dengan mempertahankan produksi di level yang aman dengan biaya operasi yang efisien,” tambahnya.

Sementara itu, Sekjen IATMI, Hadi ismoyo menambahkan ada pertimbangan teknis reservoir dimana terkadang tidak selalu mudah memilih opsi menutup sumur. 

KKKS tentu akan terus melakukan upaya-upaya efisiensi, disamping itu tetap diperlukan dukungan pemerintah   melalui   Kementerian   ESDM   serta   kementerian   dan lembaga terkait berupa stimulus fiskal, untuk mendorong kegiatan dalam  jangka  pendek  agar  tetap  dapat  berlangsung.  

Dukungan stimulus fiskal tersebut bisa saja bersifat sementara, selama periode tertentu akibat dampak Covid-19 ini.

Selanjutnya dalam jangka menengah dan jangka panjang, IATMI menilai  bahwa  era  Covid-19  ini  harus  dijadikan  momentum bagi pemangku kepentingan di  sektor  hulu  migas  untuk  lebih  investor friendly, memangkas proses perizinan, koordinasi dan birokrasi yang selama ini berdampak terhadap ekonomi biaya tinggi. 

Perlunya meningkatkan daya saing investasi sektor hulu migas di tanah air menjadi semakin mendesak. 

“Saat ini semua negara-negara produsen minyak sedang menyiapkan skema/model bisnis migas baru dalam rangka memperbaiki daya saing negara tersebut,” kata Benny.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler