jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 ikut berdampak kepada para seniman yang tidak bisa lagi aktif berpameran. Itu karena banyak galeri dan museum yang tidak menggelar pameran seni rupa.
"Banyak galeri dan museum tidak menggelar pameran. Alasannya, karena mobilitas masyarakat dibatasi, sehingga sulit menarik orang menyaksikan pameran seni rupa," kata Heri Dono, seniman kontemporer terkemuka dalam keterangannya, Rabu (8/9).
BACA JUGA: Warga Muda Australia Berbagi Cerita tentang Membangun Karir di Tengah Pandemi COVID-19
Meski begitu, Heri masih tetap mempersembahkan pameran tunggal '2020 PAN-Asian Perspective' bersama seniman ternama Zhang Kexin dari Tiongkok, di Galeri Seni Srisasanti Syndicate.
Tema pameran itu juga menarik, menyinggung isu pandemi dan membahas kondisi kebudayaan sosial, serta flora fauna yang sedang terjadi di Indonesia.
BACA JUGA: Prof Jimly: Pak Jokowi Marah-Marah, Enggak Mau Dia
Heri Dono juga sempat menggelar pameran tunggal bekerja sama dengan Galeri Tirtodipuran Link bertajuk 'Kala Kali Incognito' pada 6 November 2020 sampai 3 Januari 2021.
Pandemi Covid-19 yang mewabah dan mengakibatkan berbagai dampak dalam kehidupan manusia justru menjadi sumber karya Heri Dono. Melalui goresan kuasnya, dia menceritakan perang manusia melawan virus corona.
BACA JUGA: Amendemen UUD, Hendri Satrio: Golkar Ini Pendekar Semua Isinya, Bro!
Dia menyebutnya suatu pertempuran buta tanpa harapan melawan roda waktu. Semua tokoh dalam lukisan Kala Kali Incognito adalah boneka atau wayang.
Lukisan-lukisan Heri Dono yang saat itu dipamerkan, seperti menuturkan cerita realitas kehidupan di tengah kepungan pandemi. Tokoh wayang robotik yang dimunculkan seniman kontemporer itu, seolah membungkus satire dalam balutan budaya.
Seperti lukisan berjudul Corona as a puppet, dia menampilkan dua wayang robotik penguasa yang bersama-sama memainkan boneka tali virus corona di tangan mereka.
Satu tokoh penguasa ahli politik dan konspirasi yang memiliki banyak mata, berisi para jenderal sebagai sumber nyawa tontonan di televisi dan duduk manis menyaksikan pertunjukan sandiwara yang mereka skenariokan.
Sindiran sosio-politik juga dimunculkan dalam lukisan berjudul Three Wise Monkeys Find the Vaccine, The Stage of Trade World War, dan Battle of the Invisible Enemy.
"Karya-karya yang dieksplorasi tak hanya untuk kepentingan seniman tetapi harus berdampak sosial," ucap seniman yang sempat menggelar pameran tunggal berjudul 'Animachines' di Färgfabriken, Stockholm, Swedia pada 2015.
Heri Dono sangat terinspirasi oleh figur dalam cerita wayang kulit. Dia memakai tokoh wayang untuk mengusung kritik sosial-politik.
Dia percaya, kritikan lewat seni masih relatif aman di setiap rezim kekuasaan.
Kepiawaian Heri Dono juga diakui kolektor seni rupa internasional Raden Rahmat Bastian. Menurutnya sudah tidak aneh melihat karya seni Heri bersandingan dengan karya seniman Asia lainnya.
Diceritakannya saat Olimpiade Sydney 2000 berlangsung, dia berkesempatan melihat karya instalasi Heri Dono di Museum Nasional Australia, Canberra.
"Jadi, sejak 21 tahun lalu, di mata saya, Heri Dono sudah memenuhi syarat kualifikasi seniman kaliber internasional," ucap Rahmat. (esy/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesya Mohamad