jpnn.com, CIANJUR - Direktur Buah dan Florikultura Liferdi Lukman melakukan panen perdana melon varietas intanon di lahan green house Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Pada green house seluas 320 meter persegi yang dikelola Kelompok Tani Gede Harepan ini tengah dikembangkan melon varietas intanon.
BACA JUGA: Ini Upaya Ditjen Hortikultura Tingkatkan Daya Saing Jeruk Indonesia di Pasar Global
Uniknya, melon ini memiliki brix 16 dengan tekstur renyah, net-nya banyak, dan menonjol keluar.
Liferdi Lukman menyampaikan green house melon ini merupakan program bantuan Direktorat Jenderal Hortikultura pada 2023.
BACA JUGA: Dirjen Buflo Hortikultura Sebut Indonesia Memiliki Genetik Mangga yang Beragam
"Hanya dalam waktu 70 hari melon sudah bisa dipanen," kata Liferdi Lukman dalam keterangannya, Sabtu (25/11).
Satu pohon varietas intanon bisa menghasilkan sampai lima buah melon dengan berat 800 gram - 1,2 kilogram.
BACA JUGA: Bangun Kampung Hortikultura Bawang Merah, Kementan: Jadi Salah Satu Terobosan
"Keuntungan hampir seratus persen setiap buahnya," ujarnya.
Liferdi menyebutkan dari bantuan 1 unit GH galvanis, terdiri dari instalasi pengairan dan sarana budidaya senilai Rp 200 juta.
"Pemilihan melon yang berukuran kecil ini menurut petani karena mengikuti selera pasar. Pasar menyukai melon yang cukup sekali makan. Harganya pun bagus dan ada kesinambungan untuk kebutuhan benih bagi petani," terang Liferdi.
Hasil panen dari green house ini, lanjut Liferdi, langsung diambil oleh offtaker.
Artinya, sudah ada kesepakatan dengan mitra terkait harga. Offtaker mengambil melon dengan harga Rp 25 ribu per kilogram.
"Dalam satu tahun, bisa dilakukan lima kali panen. Jika rata-rata satu pohon menghasilkan lima buah melon dengan berat total lima kilogram per tahun dan satu green house terdapat seribu pohon, maka penghasilan bisa mencapai Rp 125 juta dalam satu tahun," papar Liferdi.
Ketua Kelompok Tani Gede Harepan Uden Suherlan mengatakan pada awalnya bersama 84 anggota lainnya mengembangkan paprika dan aneka komoditas hortikultura lainnya.
Semenjak pandemi, usaha taninya beralih ke melon kimochi.
Ketika mendengar akan menerima bantuan, dirinya berkomunikasi dengan PT Karya Masyarakat Mandiri, offtaker yang biasa mengambil hasil panen agar menanam melon intanon.
"Rekomendasi offtaker kami agar melihat kebutuhan pasar yang menyukai melon berukuran kecil. Melon intanon ini setahun bisa lima kali panen. Perusahaan ini mengambil ke kami Rp 25 ribu per kilogram. Insyaallah sekali panen kami bisa mendapat Rp 25 juta," beber Uden.
Perwakilan dari offtaker PT Karya Masyarakat Mandiri Dede Suryana mengatakan dari panen perdana ini akan diambil keseluruhannya secara terus-menerus.
"Kebetulan ini adalah poktan binaan kami sejak awal bertanam paprika. Setelah kami mendengar ada green house di sini dan meminta pendapat dari kami, maka kami merekomendasikan melon intanon yang merupakan kategori melon premium," jelas Dede.
Menurut Dede, melon ini banyak permintaannya di pasar dan cukup kompetitif.
Dede menyebut harga melon Rp 25 ribu per kilogram merupakan hasil kesepakatannya dengan Poktan Gede Harepan.
Dia juga menginfokan kalau akses benih melon ini mudah di pasaran sehingga ada jaminan untuk bisa terus berproduksi.
"Dengan demikian kami ada kepastian pasokan untuk mitra-mitra kami," pungkasnya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi