jpnn.com, BURU - Sebagai wilayah yang menyumbang 60 persen dari total produksi beras di Maluku, Kabupaten Buru merupakan lumbung padi yang tidak mengenal musim paceklik.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buru, Imran Makatita saat panen padi di Desa Waekasar, Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru bersama perwakilan dari Badan Ketahanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Buru serta Kepala BPTP Maluku.
BACA JUGA: Tiada Hari Tanpa Panen Lupakan Paceklik
Panen dilakukan bersama kelompok tani pada hamparan sawah seluas 250 hektar dari 842,5 hektar yang dikelola Gapoktan Jiwomas .
"Petani di sini telah melakukan panen sejak awal Desember 2017 dan direncanakan sampai Januari 2018 panen akan terus berlangsung," lanjut Imran.
BACA JUGA: Mentan Amran Mendadak Diarak Dengan Sisingaan
Selain di Kecamatan Waeapo, panen padi juga berlangsung pada beberapa desa di Kecamatan Waelata dan Lolong Guba dengan total potensi panen di 3 kecamatan sebesar 1801 hektar, dengan produktivitas rata-rata 6,1 ton/hektar gabah kering giling (gkg) atau setara beras 3,8 ton/hektar.
Imran menambahkan perkiraan potensi produksi sampai minggu pertama Januari 2018 sebanyak 10.986 ton gkg atau setara beras 6.866,25 ton.
BACA JUGA: Ayam Indonesia Bakal Ke Timor Leste
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Buru, Hasan Rehala menyatakan jika dihitung konsumsi beras rata rata Kabupaten Buru yang hanya 100,38 kg/kapita/tahun dari jumlah penduduk sebanyak 147.860 jiwa maka kebutuhan konsumsi beras di Kabupaten Buru sebesar 1237 ton per bulan.
"Dengan potensi produksi beras mencapai 6.866,35 ton dan kebutuhan konsumsi 1.237 ton, bisa dipastikan ketersediaan beras dipastikan surplus," kata Hasan.
Sementara itu Kepala Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian Provinsi Maluku, Yusuf menyebutkan bahwa terjaminnya produksi padi Kabupaten Buru, karena pemerintah pusat dan daerah memperhatikan sangat serius terhadap produksi padi, untuk menjamin peningkatan produksi.
Misalnya, untuk mengantisipasi dampak paceklik, pemerintah telah menyalurkan bantuan cukup banyak ke petani, seperti pompa air, traktor dan benih berkualitas, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, embung dan lainnya.
“Pendampingan dan terjun ke lapangan pun masif dilakukan untuk memantau perkembangan tanaman. Jadi proses produksi berjalan lancar” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Poktan Segar Sari Masrukin di Desa Waekasar mengakui bantuan dari pemerintah sangat bermanfaat bagi nya.
"Bantuan ini kami rasakan benar produksi kami meningkat, dulu produktivitas 4,6 ton/ hektar kg sekarang menjadi 6,3 ton/ hektar" ujarnya.
Senada dengan Masrukin, penyuluh Kecamatan Lolong Guba Basri Batotang mengakui sebelum menggunakan mekanisasi pertanian, pengolahan pascapanen butuh waktu lama.
Tetapi dengan adanya bantuan alsintan dari pemerintah, waktu dan biaya bisa di tekan dan kualitas padi pun lebih baik.
Kepala Bidang Ketersediaan Pangan, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan BKP Kementerian Pertanian Hasanudin Rumra menyatakan bahwa dengan adanya panen padi ini, menunjukan bahwa ketersediaan beras untuk Provinsi Maluku dalam kondisi cukup.
"Berdasarkan pemantauan yang kami lakukan di Pasar Mardika dan Pasar Paso di Ambon dan juga Pasar Tual, harga beras relatif stabil," ujar Hasanudin. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Tahun Jadi Menteri, Amran Kirim 50 Mafia Pangan ke Bui
Redaktur & Reporter : Natalia