jpnn.com, RIYADH - Dukungan Pangeran Mohammed bin Salman kepada Israel rupanya membuat Kerajaan Arab Saudi panik. Sampai-sampai, Raja Salman harus turun tangan mengklarifikasi pernyataan putranya tersebut.
Raja Salman buru-buru menghubungi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump via telepon. Kepada Trump, raja yang memiliki nama lengkap Salman bin Abdulaziz Al Saud itu menyatakan dukungan negaranya kepada Palestina.
BACA JUGA: Putra Mahkota Saudi Bela Hak Israel Hidup Tenang
’’Raja kembali menegaskan sikap kerajaan yang tidak berubah atas masalah Palestina dan hak-hak warga Palestina untuk mendirikan negara yang merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya,’’ tulis berita yang dirilis Saudi Press Agency sebagaimana dikutip Reuters.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah The Atlantic yang dirilis Senin (2/4), MBS ditanya tentang apakah warga Yahudi berhak atas negara di tanah leluhur mereka.
BACA JUGA: Israel Terus Tembaki Demonstran Palestina Pakai Peluru Tajam
’’Saya yakin penduduk Palestina dan Israel memiliki hak atas tanah mereka,’’ kata pangeran 32 tahun tersebut.
Jawaban itu memantik reaksi keras. Sebab, selama ini negara-negara Arab tidak pernah mengakui Israel. Terutama Saudi sebagai negara tempat lahirnya Islam.
BACA JUGA: Donald Trump Bikin Pangeran Mohammed Gigit Jari soal Syria
Selama ini Saudi maupun negara-negara Arab lain menegaskan bahwa hubungan negara mereka dengan Israel akan membaik dengan satu syarat. Yaitu, jika negara yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu tersebut mengembalikan tanah yang mereka caplok di Perang Arab-Israel pada 1967. Tanah itulah yang menjadi cikal bakal negara Palestina.
Namun, Saudi sudah mengabaikannya. Belakangan hubungan Saudi dengan Israel menghangat karena punya musuh bersama, yakni Iran. Saudi berusaha mendapatkan dukungan AS dan Israel untuk menghalangi dominasi Iran di Timur Tengah.
Analis politik senior Al Jazeera Marwan Bishara mengungkapkan, pernyataan MBS keluar pada saat yang tidak tepat. Sebab, tiga hari sebelumnya, militer Israel (IDF) menembak mati 17 warga Palestina dalam aksi di perbatasan Jalur Gaza.
Bukan hanya itu, belakangan Israel juga terus meluaskan pendudukannya dengan membangun permukiman-permukiman baru, menolak solusi dua negara, dan Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
’’Ini benar-benar waktu yang sangat buruk untuk menyatakan hal seperti itu,’’ ujar Bishara menanggapi pernyataan MBS. (sha/c14/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Digugat Cerai, Donald Trump Jr Cuek Liburan Bareng Istri
Redaktur & Reporter : Adil