JAKARTA--Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabes AD) melantik Mayjen TNI Sunindyo menjadi Pangdam IV Diponegoro menggantikan Mayjen TNI Hardiono Saroso, Senin (8/4).
Acara Serah Terima Jabatan (sertijab) digelar secara tertutup di Mabes TNI AD, Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Menurut Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono pergantian ini adalah hal yang biasa terjadi di internal jajarannya.
"Biasalah ini (pergantian). Karena tidak Pak Hardiono aja, ada juga pejabat lain yang ikut dalam surat keputusan yang saya buat. Namanya mutasi, mutasi biasa," kata Agus usai menghadiri acara Apindo di Jakarta Selatan, Senin.
Meski demikian, Agus mempersilakan publik yang memiliki pandangan bahwa mutasi terhadap Hardiono karena terkait kasus penyerangan dan penembakan di Lapas Klas IIB Cebongan, Sleman yang melibatkan 11 oknum jajaran Kopassus. Ia pun menyebut jika ada pimpinan di jajaran TNI terlibat dalam aksi itu, tentu akan diproses juga melalu Pengadilan Militer.
"Kalau ada yang menilai dan mengaitkan dengan peristiwa itu, silakan, sah-sah saja. Kita ikuti proses hukum, manakala menyangkut para pimpinannya, pasti akan diteruskan. Tapi kalau tidak, ya tidak. Evaluasinya sudah dilakukan," ungkapnya.
Sebelumnya, saat menjabat sebagai Panglima Kodam IV/ Diponegoro Mayjen TNI Hardiono Saroso membantah prajurit TNI terlibat penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (23/3) dini hari. Dari peristiwa itu terjadi penembakan yang menewaskan empat tahanan yang diduga terlibat pembunuhan anggota Kopasus TNI AD, Sertu Santoso.
Saat itu, Hardiono mengaku bertanggungjawab penuh dan meyakinkan publik bahwa tak ada anak buahnya yang melakukan penyerangan. Namun, 4 April lalu Mabes AD menyebut bahwa peristiwa itu dilakukan 11 oknum prajurit dari Grup II Kopassus Kandang Menjangan.
Panglima TNI menyatakan, apa yang disampaikan oleh Hardiono terdahulu itu hanya salah ucap."Evaluasi sudah dilakukan, itu kan hanya kesalahan ucap yang belum didukung oleh fakta. Itu kesalahan bisa terjadi pada setiap manusia," pungkas Agus. (flo/jpnn)
Acara Serah Terima Jabatan (sertijab) digelar secara tertutup di Mabes TNI AD, Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Menurut Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono pergantian ini adalah hal yang biasa terjadi di internal jajarannya.
"Biasalah ini (pergantian). Karena tidak Pak Hardiono aja, ada juga pejabat lain yang ikut dalam surat keputusan yang saya buat. Namanya mutasi, mutasi biasa," kata Agus usai menghadiri acara Apindo di Jakarta Selatan, Senin.
Meski demikian, Agus mempersilakan publik yang memiliki pandangan bahwa mutasi terhadap Hardiono karena terkait kasus penyerangan dan penembakan di Lapas Klas IIB Cebongan, Sleman yang melibatkan 11 oknum jajaran Kopassus. Ia pun menyebut jika ada pimpinan di jajaran TNI terlibat dalam aksi itu, tentu akan diproses juga melalu Pengadilan Militer.
"Kalau ada yang menilai dan mengaitkan dengan peristiwa itu, silakan, sah-sah saja. Kita ikuti proses hukum, manakala menyangkut para pimpinannya, pasti akan diteruskan. Tapi kalau tidak, ya tidak. Evaluasinya sudah dilakukan," ungkapnya.
Sebelumnya, saat menjabat sebagai Panglima Kodam IV/ Diponegoro Mayjen TNI Hardiono Saroso membantah prajurit TNI terlibat penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (23/3) dini hari. Dari peristiwa itu terjadi penembakan yang menewaskan empat tahanan yang diduga terlibat pembunuhan anggota Kopasus TNI AD, Sertu Santoso.
Saat itu, Hardiono mengaku bertanggungjawab penuh dan meyakinkan publik bahwa tak ada anak buahnya yang melakukan penyerangan. Namun, 4 April lalu Mabes AD menyebut bahwa peristiwa itu dilakukan 11 oknum prajurit dari Grup II Kopassus Kandang Menjangan.
Panglima TNI menyatakan, apa yang disampaikan oleh Hardiono terdahulu itu hanya salah ucap."Evaluasi sudah dilakukan, itu kan hanya kesalahan ucap yang belum didukung oleh fakta. Itu kesalahan bisa terjadi pada setiap manusia," pungkas Agus. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panglima TNI: Jangan Kibarkan Bendera Aceh
Redaktur : Tim Redaksi