jpnn.com, BLITAR - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menegaskan penggunaan UAV alias drone bermanfaat untuk segera mengetahui titik api di lokasi karhutla.
Alat itu mempermudah sehingga petugas bisa secepatnya bertindak untuk pemadaman api.
BACA JUGA: Pimpin Rakor Penanggulangan dan Pencegahan Karhutla di Riau, Begini Pesan Panglima TNI
"Karhutla kendala laporan titik api terkini enam jam. Saat laporan masih kecil, tapi kemudian terpantau satelit besar. Kendalanya itu. Kami upayakan untuk menggerakkan drone, jadi bisa menggerakkan (anggota) untuk prioritas," katanya, di Blitar, Jawa Timur, Rabu.
TNI AU memiliki sederetan UAV alias drone untuk keperluan militer yang dioperasikan Skuadron Udara 51 di bawah Wing Udara 7, yang bermarkas di Pangkalan Udara TNI AU Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.
BACA JUGA: Kerja Panglima TNI di Papua Patut Diacungi Jempol
Dia juga mengatakan, untuk memadamkan api di titik kebakaran hutan dan lahan, pasukan juga dilengkapi alat berat jenis eskavator. Hal itu dilakukan untuk memperbesar kanal di tengah hutan atau membuat kanal baru, jika tidak ditemukan air. Namun, untuk pasukan lain juga tetap dilengkapi dengan penyiraman masif untuk membantu memadamkan api.
Panglima TNI juga sudah memantau secara langsung ke Riau selama empat hari terkait kebakaran hutan. Selain itu, dia juga memonitor asap di Kalimantan.
BACA JUGA: Panglima TNI: Tidak Ada Tempat Bagi Pelaku Rasis
Menurut dia, untuk Riau pemadaman efektif khususnya pemadaman pasukan darat. Di Riau, terdapat 5.800 orang pasukan, dimana 2.200 dari TNI, 2.200 dari polisi, dan sisanya dari pecinta lingkungan serta BPBD, kehutanan.
Dari hasil yang terpantau, terdapat 44 titik api, dan semuanya bisa dilakukan pemadaman dari bantuan pasukan darat dan water bombing dengan menggunakan helikopter.
"Konsep kami, petugas di sana dari kekuatan 5.800, kami sebar ke 120 titik. Sehingga, kalau pagi ada titik panas kami perintahkan pasukan terdekat untuk melaksanakan penindakan," kata dia.
Dia menegaskan, sudah meminta pasukannya untuk menerbangkan pesawat transport militer guna pembuatan hujan buatan mulai dari Sumatera hingga Kalimantan. Dari hasil meteorologi, terdapat awan yang berpotensi bisa menurunkan hujan dan disebar di Sumatera dan Kalimantan.
"Untuk Sumatera belum berhasil. Kalimantan di Palangkaraya sudah mulai ada hujan rintik-rintik. Artinya masih potensi untuk turunnya hujan, walaupun belum siginifikan. Saat ini, saya sudah koordinasi dengan BMKG ada awan yang berpotensi untuk disemai. Menurut data BMKG bahwa hujan akan turun pertengahan Oktober, sehingga kami punya waktu satu bulan, paling tidak sebelum hujan Oktober, hujan yang kami buat dan pemadaman selesai," kata dia. (asmaulchusna/ant/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia