Pantau Harga dan Pasokan Komoditas Ini di Jatim, Puan Minta Pemerintah Peka

Kamis, 03 Maret 2022 – 20:47 WIB
Ketua DPR RI Puan Maharani meminta pemerintah peka terhadap keluhan pedagang atas langkanya komoditas di pasar, seperti tempe. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, SURABAYA - Ketua DPR RI Dr. (HC) Puan Maharani melakukan kunjungan kerja (kunker) di Jawa Timur (Jatim).

Di Surabaya, Puan mengecek harga serta ketersediaan minyak goreng dan tempe yang belakangan langka di pasar. 

BACA JUGA: HNW: MPR dan Mayoritas Fraksi di DPR Menolak Pengunduran Waktu Pemilu

Puan mengawali kunker dengan mendatangi Pasar Tambahrejo, Surabaya, Rabu (2/3) pagi.

Dia berkeliling pasar dan bertanya seputar harga kebutuhan pokok kepada pedagang.

BACA JUGA: Puan Maharani Dapat Wejangan Ini dari PWNU Jatim

Puan mengatakan kehadirannya ke Pasar Tambahrejo untuk mendengar keluhan langsung dari masyarakat.

“Di pasar rakyat ini sedang banyak keluhan rakyat. Mulai minyak goreng langka, tahu-tempe mahal, daging sapi mahal. Saya sebagai Ketua DPR RI turun langsung meninjau dan ingin dengar langsung dari mulut pedagang apa saja masalah yang ditemui,” ungkap Puan.

BACA JUGA: Laskar Ganjar Puan Memprediksi Tiga Poros Capres di Pilpres 2024

Mantan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) ini meminta pemerintah peka dengan keluhan rakyat.

Menurut Puan, harus ada solusi jangka pendek, menengah, dan panjang terhadap berbagai persoalan itu.

“Berbagai opsi bisa dibahas pemerintah bersama DPR. Yang penting harus cepat geraknya. Jangan rakyat terlalu lama menunggu solusi,'' ungkapnya.

Puan tampak berbincang dengan pedagang seputar harga dan pasokan sembako, termasuk minyak goreng dan tempe.

Kepada salah satu pedagang bernama Slamet, Puan bertanya dampak harga kenaikan kedelai terhadap penjualan tempe.

“Sepapan tempe biasanya harga Rp 10 ribu, Bu. Sekarang naik jadi Rp 12 ribu. Agak memberatkan masyarakat,” kata Slamet.

Puan juga bertanya kepada pedagang tempe lainnya, Warinten.

Bahkan, perempuan pertama yang menjabat Ketua DPR RI itu sempat ikut membantu menjajakan barang dagangan milik perempuan yang sudah berjualan di Pasar Tambarejo selama 40 tahun tersebut.

Puan juga mengecek pasokan minyak goreng yang cukup langka di pasaran.

Meski begitu, Warinten menyebut pedagang sudah mengikuti harga minyak goreng yang sudah ditentukan pemerintah.

“Kalau saya menjual memang ingin harganya jangan mahal-mahal. Jadi, pembeli senang, pedagang juga senang,” tutur Warinten.

Setelah dari Pasar Tambahrejo, Puan langsung menuju Kampung Tempe Sukomanunggal.

Di desa ini terdapat paguyuban yang terdiri dari 12 pengrajin tempe, 7 pengrajin 1 tempe gembos, dan 1 perajin tahu. 

Puan berjalan kaki sekitar 100 meter di lorong permukiman warga untuk mengecek produksi di Kampung Sukomanunggal yang memasok tempe di kota Surabaya dan sekitarnya.

Puan juga berdialog dengan para perajin yang mengeluhkan kenaikan harga kedelai sehingga berdampak terhadap produksi tempe tahu.

“Kedelai naik dari harga Rp. 8.000 menjadi Rp. 11.500 per kilogam. Lumayan berat, Bu,” kata salah satu pengrajin tempe di Kampung Sukomanunggal.

Perajin akhirnya menyiasati dengan mengecilkan bentuk tempe dan tahu. Sebab, jika terlalu menaikkan harga jual, dikhawatirkan berdampak terhadap pembelian masyarakat.

Kepada perajin, Puan mengatakan kelangkaan kedelai sudah diprediksi dari tengah tahun 2020 akibat perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok.

Menurut dia, ada berbagai antisipasi yang bisa dilakukan sejak awal.

“Indonesia dapat berkomunikasi dengan beberapa negara penghasil kedelai selain AS. Contohnya, Brasil atau Argentina,” ungkap Puan.

Dia juga mengatakan perlu ada gotong royong dan koordinasi antara Kementerian Perdagangan (Kemendag) dengan Kementerian Pertanian untuk menyesuaikan pasokan dan offtaker kedelai lokal.

Puan menyebut seharusnya sejak 2020 pemerintah bisa melakukan riset serius dalam memaksimalkan komoditas nonkedelai untuk menjadi tempe.

“Misalnya, koro pedang, koro benguk, kacang tanah, kacang hijau, lamtoro, bahkan daun singkong. Keberhasilan penelitian seperti itu bisa untuk parsial substitusi,'' ucapnya. (mrk/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler