Para Dokter ini Berkolaborasi Kaji Langkah Pengurangan Risiko Tembakau untuk Perokok

Sabtu, 29 April 2023 – 19:38 WIB
UU terbaru di Selandia Baru melarang warga kelahiran tahun 2009 ke atas untuk membeli rokok seumur hidup mereka. (Pexels: lilartsy)

jpnn.com, BANDUNG - Para ahli kesehatan terus berupaya menurunkan prevalensi perokok di Indonesia dengan beragam cara.

Untuk mewujudkan misi tersebut, beberapa peneliti dari Universitas Padjadjaran yang merupakan mitra dari Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) yang didukung oleh Foundation for a Smoke Free World, “Smile Study” dan “Replica 2.0“, mengadakan webinar internasional bersama dengan para pakar pengurangan risiko dari berbagai negara.

BACA JUGA: Dagang Senjata Rakitan, Pria Makassar Ini Mengaku Cuma Cari Duit Rokok

Acara ini juga diikuti oleh lebih dari 200 peserta dari seluruh dunia.

Dalam diskusi ini, Dr. Ronny Lesmana, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran mengungkapkan rokok yang menggunakan proses pembakaran menghasilkan berbagai zat berbahaya seperti di antaranya kadmium, radioaktif, polonioum, dan alkaloid. Zat-zat ini memiliki dampak kesehatan.

BACA JUGA: Produk Tembakau Alternatif Bisa Mengurangi Bahaya Rokok Karena Proses Pemakaiannya

Dalam penelitian yang dilakukannya, Ronny mengungkapkan beta karoten yang banyak tersedia di Indonesia khususnya di dalam sayuran seperti wortel dapat mengurangi dampak pembengkakan yang diakibatkan dari konsumsi rokok.

“Kandungan antioksidan di dalam beta karoten memiliki potensi untuk mengurangi pembengkakan khususnya yang terjadi di berbagai penyakit kardiovaskular,” jelas Ronny.

BACA JUGA: Praktisi Kesehatan: Produk Tembakau Alternatif Lebih Rendah Risiko dari Rokok

Peneliti lain dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, drg. Amaliya M.Sc., PhD mengungkapkan jumlah perokok konvensional yang masih tinggi, yaitu sekitar 57 juta orang.

Terkait hal ini, para ahli kesehatan terus berupaya untuk melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi risiko yang dihasilkan dari penggunaan rokok konvensional.

Salah satunya adalah melalui produk tembakau dan nikotin alternatif bagi perokok dewasa.

“Dalam penelitian, rokok elektrik (e-cigarette) hampir menghilangkan emisi aldehida. Selain itu, paparan formaldehida dan asetaldehida dari rokok elektrik juga lebih rendah dibandingkan paparan dari menghirup udara di rumah,” jelas Amalya.

Amaliya menegaskan walaupun penggunaan produk tembakau maupun nikotin alternatif bisa mengurangi dampak negatif dari penggunaan rokok konvensional, berhenti merokok secara keseluruhan (total smoking cessation) merupakan jalan terbaik bagi para perokok untuk dapat sepenuhnya terhindar dari dampak negatif dari merokok.

Pada kesempatan yang sama, Prof. apt. Melisa Intan Barliana, Med. Sc., Ph.D, Guru Besar Farmasi Biologis, Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran mengatakan pentingnya penelitian lebih lanjut mengenai produk rokok alternatif.

Melisa mengatakan dia tengah melakukan penelitian tersebut, yang melibatkan rokok konvensional dan produk tembakau alternatif.

Terakhir, Dr. Rosalia Emma, Assisten Profesor Departemen Klinis dan Eksperimental Kedokteran Universitas Catania menambahkan produk nikotin dengan perasa (flavored nicotine products) sangat penting dalam membantu perokok dewasa untuk berhenti merokok.

Namun, para penyusun regulasi harus mengkaji hal  ini dengan serius, terutama ketika mereka mulai mempertimbangkan pengaturan perasa di electronic nicotine delivery products (ENDS).

“Walaupun demikian, pelarangan nikotin perasa berpotensi memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat dan apabila dilakukan dengan berlebihan maka larangan tersebut akan membuat pengguna produk nikotin alternatif kembali menggunakan rokok konvensional. Oleh karena itu, tenaga kesehatan profesional memiliki peran penting untuk memberikan gambaran dan informasi risiko yang akurat serta komunikasi berbasis bukti kepada masyarakat terkait ENDS dan flavored nicotine products,” ungkap Rosalia. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler