jpnn.com - JAKARTA - Para dokter kini merasa was-was saat memberi obat pada pasiennya. Hal ini imbas terjadinya kasus salah isi obat Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy 4 ml yang menewaskan dua orang pasien Rumah Sakit (RS) Siloam Karawaci Tangerang
Hal ini diakui oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi Intensif (Perdatin) Andi Wahyuningsih Attas. Dia menuturkan, para rekan sejawatnya menjadi was-was saat memberikan obat pada pasien.
BACA JUGA: Simpan Harta di Singapura Atas Nama Bini Muda?
Mereka khawatir adanya kemungkinan salah pengisian pada obat-obat lainnya. "Tentu. Ini membuat kita lebih hati-hati dan aware lagi," ungkapnya saat dihubungi kemarin (22/1).
Dia melanjutkan, namun hal itu bisa teratasi. Kepercayaan pada pihak pemerintah atas pengawasan yang dilakukan mendorong mereka kembali percaya dalam penggunaan obat. Terlebih, banyak pasien atau masyarakat yang membutuhkan obat-obatan ini. "Selain itu, ini kan buvanest sudah tidak dipakai lagi. Sudah ditarik jadi kekhawatiran sudah sangat menurun," jelasnya.
BACA JUGA: Jokowi di Istana Bogor Lebih Boros, Ini Hitungan Kasarnya
Atas penarikan Buvanest ini sendiri, perempuan yang juga menduduki posisi Direktur Utama RS Umum Pusat (RSUP) Fatmawati itu mengatakan jika tidak ada dampak serius atas hal itu. Sebab, terdapat beberapa jenis obat lain yang dapat digunakan sebagai subtitusi buvanest.
"Masih ada beberapa jenis obat lain yang memiliki kandungan Bupivacaine yang dapat digunakan. Tidak terlalu berpengaruh," urai alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin itu.
Rasa was-was ini turut diamini oleh Ketua Ikatan Dokter Indoensia (IDI) Zaenal Abidin. Pasalnya, penggunaan obat jenis injeksi juga digunakan oleh para dokter secara umum. "Untuk disuntikkan ke infuse, dan lainnya. Ini memang tidak dapat dipisahkan dengan pasien," ungkapnya.
BACA JUGA: YLKI Dorong AP II Paksa Lion Air Bayar Ganti Rugi
Karenanya, ia meminta pemerintah secara tegas mengusut kasus ini. Dia pun turut mendesak pemerintah untuk langsung terjun ke lapangan mengawasi produk farmasi, baik dari hulu hingga hilir. "Karena tidak mungkin dokter turun sendiri. kalo bukan pemerintah, pada siapa kita akan percaya (pada pengawasan)," tegasnya.
BPOM sendiri berkomitmen terus mengusut kasus Buvanest ini. Biro Hukum dan Humas BPOM Budi Djanu Purwanro menampik jika pihaknya disebut kebobolan atas kasus tertukarnya isi Buvanest ini. Dia mengatakan, pihaknya selalu rutin melakukan pengawasan langsung ke lapangan.
Meski diakuinya, waktu pengawasan ini tidak tentu karena keterbatasan jumlah pegawai BPOM sendiri. "Ini seperti kejadian ada warga ditembak. Apakah bisa polisi dibilang kecolongan tidak bisa melindungi warga" Gak bisa dibilang begitu" tegasnya. (mia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Jokowi, Pulanglah ke Istana Jakarta
Redaktur : Tim Redaksi