Para Model Androgini Surabaya, Merasa Risi Disapa Mbak

Minggu, 17 Mei 2015 – 14:29 WIB
Gheby Indira Garwan (kiri), Shindu Takasiwi. FOTO: JAWA POS

jpnn.com - SHINDU Takasiwi masuk dunia model untuk membuktikan kepada senior yang suka mem-bully dan mengolok-oloknya. Pria kelahiran 4 November 1992 itu mengaku awam dengan dunia tersebut, tapi cenderung tertarik untuk mencoba. 

"Sekarang sih yang ngolok udah kalah dan nggak tahu ke mana," ujar Shindu.

BACA JUGA: Kadang Petugas Mengarahkan Saya ke Toilet Cowok

Pada 2012, saat masuk ke salah satu sekolah model, dia diarahkan untuk style androgini. "Waktu itu saya nggak tahu dan disuruh browsing tentang Andrej Pejic," ungkap Shindu.

Tiga tahun lalu rambut Shindu masih pendek. Mentor modelingnya menyarankan dia untuk mempunyai rambut panjang. Pada akhir 2012, dia debut dengan style androgini di catwalk Arva. Hingga sekarang, dia mengaku tidak membatasi style. "Kalau gaya sih lebih suka yang simpel kasual. Ya cuma kaus, skinny jeans, sama sepatu bot," ungkapnya.

BACA JUGA: Awas! Jangan Atasi Gatal Hanya dengan Menggaruknya

Style androgini Shindu didukung oleh proporsi tubuhnya yang mirip perempuan. Sebagai laki-laki, dia punya badan yang tipis, rambut yang indah, dan wajah yang tirus. Padahal, dia mengaku bahwa nafsu makannya tinggi. "Sudah perawakannya begini," katanya. 

Dengan menjadi model yang bisa berperan sebagai laki-laki dan perempuan, Shindu merasakan enak serta tidak enaknya. Dia mengaku sering dipanggil mbak atau kakak ketika ngemal atau berada di ruang publik. Padahal, di luar sesi pemotretan, pemilik tinggi badan 183 cm dengan berat 53 kg itu ingin tetap dilihat sebagai laki-laki. 

BACA JUGA: Eksotis Coban Jabung, Serasa Berada di Dunia Lain

"Risi lah dipanggil mbak-mbak gitu," katanya. 

Namun, ada juga enaknya. Shindu kerap mendapat prioritas layanan publik karena dikira perempuan. Salah satunya adalah diberi kesempatan ladies parking di area parkir Sutos oleh petugas bila masuk jam-jam ramai. 

Meski dikategorikan sebagai androgini, Shindu biasa saja. Dia merasa bahwa style itu pemberian Tuhan. Dia tidak merasa gaya tersebut dibuat-buat. 

Menurut Shindu, beberapa model yang muncul dan ikut casting sering harus pura-pura menjadi androgini. "Androgini itu identik dengan look-nya. Bukan dibikin-bikin. Ala-ala pakai high heels, bulu mata panjang, lipstik. No, nggak kayak gitu," paparnya. 

Style itu rupanya memberikan spesialisasi yang berbeda untuk Shindu. Dia sering diorder untuk catwalk atau pemotretan. Menurut dia, di Surabaya tidak banyak desainer yang menggunakan style tersebut untuk fashion show. "Karena belum banyak tawaran catwalk, jadinya saya lebih sering dipanggil untuk pemotretan," ungkap model yang ikut berpartisipasi di Surabaya Fashion Parade awal Mei lalu itu.

Shindu menambahkan, selama ini banyak yang belum paham dengan gayanya. Dikira dibuat-buat. Padahal, papar dia, itu tampilan natural. Dia tidak mengarahkan diri menjadi perempuan. 

Gaya yang masih jarang itu, menurut dia, bakal menjadi pasar tersendiri bila banyak yang ingin menjadi androgini. Namun, dia menyarankan model yang ingin menjadi androgini merasakan dulu tingkat kenyamanannya. "Sejauh comfortable, ya nggak masalah. Toh, ini hanya untuk pekerjaan," ujar laki-laki yang doyan mengenakan aksesori metal tersebut. (cik/c11/ayi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Petani Cantik Temukan Batu Sapta Warna Nusantara Seberat 9,5 Kilogram


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler