Para Pakar Ungkap Kunci Sukses Pengembangan Web3 di Indonesia

Rabu, 28 Agustus 2024 – 03:27 WIB
PT Pintu Kemana Saja (PINTU), aplikasi crypto all-in-one kembali meramaikan Coinfest Week dengan menghadirkan BUIDLRS Web3 Sunset Gathering bertemakan Unleashing Southeast Asia Web3 Potential. Foto dok PINTU

jpnn.com, BALI - PT Pintu Kemana Saja (PINTU), aplikasi crypto all-in-one kembali meramaikan Coinfest Week dengan menghadirkan BUIDLRS Web3 Sunset Gathering bertemakan Unleashing Southeast Asia Web3 Potential.

Acara yang digelar di Valle Bali, Canggu, merupakan hasil kolaborasi PINTU bersama dengan AWS Startups dan Saison Capital.

BACA JUGA: PINTU Hadirkan Pengalaman Trading Canggih untuk Trader Pro

Dalam BUIDLRS kali ini, tiga pakar membagikan pandangannya tentang perkembangan Web3.

“Industri Web3 di Asia punya potensi yang lebih besar khususnya yang bergerak di institusi finansial karena didukung lingkungan yang lebih baik. Selain itu, banyak lembaga-lembaga hingga pemerintahan di Asia sudah bereksperimen dengan teknologi blockchain untuk menghadirkan berbagai solusi," ujar Qin En Looi, Partner dari Saison Capital.

BACA JUGA: Dukung Peta Jalan Industri Penjaminan, Jamkrindo Jalin MoU dengan Seluruh Jamkrida

"Saya sudah berbicara dengan banyak sekali developer Web3 dan saya menilai bagaimana developer Web3 ini dapat menjangkau masyarakat luas. Saya pikir caranya sangat sederhana seperti mendorong interaksi pengguna untuk bisa memiliki dompet crypto dengan banyak opsi seperti login melalui sosial media atau email. Selain itu bagaimana juga User Interface (UI) & User Experience (UX) yang membuatnya lebih mudah diakses. Menurut saya developer Web3 berhenti malas dan harus terus berinovasi,” imbuhnya.

Tytan.eth (Ty Blackcard), Co-Founder Magnify Cash menilai pasar Web3 di Asia punya daya tarik tersendiri.

BACA JUGA: SIG & Kementerian PUPR Bersinergi Tingkatkan Kompetensi Tenaga Konstruksi di IKN

“Jika kita melihat pasar seperti Amerika Serikat dan Kanada, orang-orang di sana sudah sangat tahu tentang crypto. Tantangannya bukan lagi soal kesadaran, tetapi lebih kepada hambatan edukasi yang membutuhkan waktu. Sementara itu, di Asia, khususnya di Indonesia, kita berada di tahap paparan pertama kali terhadap crypto," serunya.

"Meskipun secara volume transaksi belum besar, namun volumenya sendiri sangat menarik untuk diperhatikan. Selain itu, kolaborasi juga terasa lebih mudah diakses dan energinya lebih bebas mengalir dibandingkan dengan pasar Barat. Jadi, banyak energi, uang, dan perhatian yang bergerak ke arah ini,” terangnya.

Melansir laporan dari Emergen Research, pasar Web3 Asia Tenggara diproyeksikan bernilai $6,4 miliar pada 2030, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 50,2%.

Berdasarkan data dari Chainalysis, dari segi adopsi crypto, Indonesia menempati posisi ke-7 di indeks crypto dunia.

“Kami optimis, pasar Web3 semakin tumbuh pesat di Indonesia dengan tersedianya infrastruktur yang dapat menjembatani investor crypto dalam negeri untuk berinvestasi, trading, dan juga berselancar ke dunia Web3 yang semuanya dapat dilakukan melalui satu aplikasi PINTU. Kami juga yakin developer di Indonesia tidak hanya bertumbuh dari segi jumlah, namun mampu menghadirkan inovasi berskala global,” seru Head of Community PINTU Jonathan Hartono.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler