Para Penimbun Hand Sanitizer seharusnya Malu pada Sekumpulan Pelajar Ini

Jumat, 06 Maret 2020 – 06:20 WIB
Pelajar membuat cairan pembersih tangan atau hand sanitizer dari alkohol dan lidah buaya (aloevera) di Laboratorium Farmasi SMK Prajnaparamita, Kota Malang. Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto

jpnn.com, MALANG -  Para pelajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Prajnaparamita, Kota Malang, Jatim memproduksi cairan pembersih tangan (hand sanitizer), yang saat ini banyak diburu oleh masyarakat di kota terbesar kedua di Jawa Timur tersebut.

Kepala Jurusan Farmasi Klinis SMK Prajnaparamita Kota Malang Deniar Wulandari mengatakan bahwa pada jurusan farmasi klinis, masing-masing siswa diwajibkan untuk membuat satu produk, dan cairan pembersih tangan tersebut merupakan salah satu produk hasil buatan para siswa.

BACA JUGA: Masih Berani Timbun Stok Bahan Pokok? TNI-Polri Sudah Tunggu di Depan Supermarket

"Untuk riset kami lakukan kurang lebih selama satu minggu. Dikarenakan kami sudah pernah membuat produk serupa, kami hanya perlu menyempurnakan formulanya saja," kata Deniar, di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis.

Deniar menjelaskan, munculnya ide untuk memproduksi cairan pembersih tangan tersebut berdasarkan informasi dari salah satu siswa yang bekerja sambilan di salah satu apotek yang ada di Kota Malang, Jawa Timur.

BACA JUGA: Di Toko dan Apotek Stok Kosong, Ternyata di Lokasi ini Ditimbun 574 ribu Masker

Siswa tersebut, lanjut Deniar, menceritakan bahwa produk cairan pembersih tangan mulai sulit didapatkan pada apotek tempat dia bekerja.

Berangkat dari situ, sebanyak 32 orang siswa di SMK Prajnaparamita tersebut mulai memproduksi cairan pembersih tangan itu.

Sebagai catatan, sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan dua orang warga Depok, Jawa Barat, positif terjangkit COVID-19, produk cairan pembersih tangan dan masker banyak diserbu masyarakat, termasuk di Kota Malang.

"Kami menggunakan alkohol 96 persen, dan ditambahkan gel lidah buaya, serta gliserin agar tidak kasar di tangan," kata Deniar.

Deniar menambahkan, pada awalnya, dia bersama para siswa yang memproduksi cairan pembersih tangan berlabel Covid Antiseptic tersebut hanya membuat 50 botol per hari. Dari 50 botol cairan pembersih tangan tersebut, dalam waktu yang singkat ludes terjual.

"Awal produksi itu 50 botol dan belum setengah hari langsung habis terjual. Permintaan dari masyarakat tinggi sekali dan sekarang produksinya sudah mencapai 500 botol," kata Deniar.

Dari total produksi sebanyak 500 botol tersebut, lanjut Deniar, juga langsung habis terjual. Namun, dia tidak berencana untuk menambah jumlah produksi, mengingat anak-anak juga harus tetap melakukan proses belajar di sekolah.

Cairan pembersih tangan tersebut dijual dengan harga Rp13 ribu per botol untuk penggunaan pribadi, dan Rp15 ribu untuk pembeli yang berniat menjual kembali produk tersebut. 

Dia mengaku, dengan harga Rp13 per botol, tidak mengambil keuntungan sama sekali.

"Dari hasil penjualan tersebut, 20 persen diberikan kepada para siswa. Dengan harga Rp13 ribu itu kami tidak mengambil untung sama sekali," kata Deniar.

Meskipun dibuat pada laboratorium sekolah, produk cairan pembersih tangan tersebut juga melalui proses sterilisasi. Selain itu, juga telah dilakukan uji coba, sebelum menjual ke masyarakat umum.

Di Kota Malang, produk produk cairan pembersih tangan dan masker banyak diserbu oleh masyarakat. Bahkan, untuk harga masker melonjak dari Rp20 ribu per kotak, menjadi Rp45 per kotak.

Pemerintah kota mengancam akan mengambil tindakan tegas jika diketahui ada oknum yang menimbun dan memainkan harga masker di wilayah Kota Malang. (antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler