Para Peserta SBM PTN, Tolong Perhatikan Hal-hal Teknis Ini

Senin, 08 Juni 2015 – 06:19 WIB
Foto: WS Hendro/Jawa Pos

jpnn.com - SURABAYA - Sebanyak 47.978 siswa akan mengikuti seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBM PTN), besok (9/6) pagi. Mereka akan memperebutkan 7.962 kursi yang ditawarkan PTN dari panlok 50.

Yaitu, gabungan dari enam PTN yang terdiri atas ITS, Unair, Unesa, UINSA, UPN Veteran Jatim, dan Universitas Trunojoyo.

BACA JUGA: Membanggakan, Siswi Ini Wakili Indonesia di Ajang Desain Grafis Tingkat Dunia

Ketua Pelaksana SBM PTN Panlok 50 Yuni Sri Rahayu mengatakan, ada beberapa hal yang harus diingat peserta. Pertama, datang ke lokasi 30 menit sebelum ujian dimulai.

’’Sampai di lokasi itu 30 menit sebelumnya, bukan mulai berangkat ke tempat 30 menit sebelum tes dimulai,’’ ucap perempuan yang juga wakil rektor I Universitas Negeri Surabaya tersebut.

BACA JUGA: Universitas Ini Yakinkan tak Pernah Terbitkan Ijazah Abal-abal

Hal itu dimaksudkan untuk kebaikan siswa sendiri. Sebab, datang lebih awal akan membuat psikis siswa lebih tenang. Yuni juga meminta siswa memperhatikan titik-titik kemacetan di sekitar tempat ujian. Misalnya, untuk kategori soshum (sosial humaniora). Daerah Ahmad Yani diprediksi sangat macet.

Sebab, tempat tes kategori soshum berada di semua kampus dan sekolah wilayah Ahmad Yani. Mulai Unesa di Ketintang, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), SMA Kemala Bhayangkari I, Universitas PGRI Adi Buana, hingga Universitas Bhayangkara.

BACA JUGA: Klaim 93 Persen Alumni Langsung Kerja

Untuk lokasi saintek yang diselenggarakan di daerah timur, yaitu ITS, ITATS, dan sekitarnya, peserta diharapkan memprediksi kemacetan yang biasa terjadi di daerah Semolowaru hingga Arif Rahman Hakim.

’’Yang tidak kalah penting, membawa kartu peserta. Itu mutlak,’’ tegas Yuni. Dia menegaskan, siswa tidak bisa masuk tanpa kartu tanda peserta. Peserta boleh saja masuk dengan seizin kepala ruangan. Namun, biasanya pengawas akan mencatatnya di berita acara.

Nah, berita acara bakal menjadi pertimbangan panitia SBM PTN untuk tetap melakukan scanning pada naskah soal ujian atau tidak. Bila sudah begitu, pada akhirnya panitia yang mempunyai hak untuk mendiskualifikasi lembar naskah ujian dari proses scanning.

Panitia SBM PTN lain Ismaini Zain menambahkan, berita acara akan menjadi alat bagi panitia untuk mencatat segala indikasi kecurangan. ’’Setiap tahun pasti ada saja modus kecurangan siswa dan kami punya banyak cara untuk mendeteksinya,’’ papar dosen ilmu statistika ITS tersebut.

Misalnya, tahun lalu ada siswa yang menuliskan nomor peserta yang berbeda dengan nomornya. Padahal, panitia sudah memprediksi gandengan nomor peserta dan nomor kode soal.

Pengawas dan koordinator ruangan pun dituntut jeli untuk memperhatikan hal sedetail itu. ’’Jadi, kalau mau aman, tidak usah macam-macam. Sebab, pengawas bisa mencatat berita acara secara diam-diam,’’ tegasnya.

Selain mencium indikasi kecurangan, kesalahan yang paling banyak dilakukan peserta pada saat tes adalah lupa menulis kode soal dalam naskah ujian. Kesalahan tersebut sejatinya fatal karena panitia mempunyai beberapa paket soal. Bila peserta lupa menulis kode soal, panitia hanya bisa mencatat nama untuk sekadar menenangkan siswa.

Panitia tidak mungkin mengecek satu per satu kembali untuk menemukan kode soal satu siswa. Lagi pula, pengawas sudah diwanti-wanti selalu mengingatkan peserta agar menulis kode soal.

Ismaini juga berharap siswa membawa surat keterangan lulus atau ijazah yang telah dilegalisasi. Semuanya harus disertai foto. Karena saat di kelas, pengawas akan mencocokkan foto antara kartu tanda peserta, foto identitas, dan SKL/ijazah. ’’Jadi, kami tidak akan meminta SKL, hanya untuk mencocokkan foto,’’ ulasnya.

Panitia memang melakukan segala upaya untuk mengantisipasi munculnya joki ujian. Masing-masing PTN memiliki trik untuk memerangi kecurangan dalam pelaksanaan ujian SBM PTN pada 9 Juni mendatang.

Wakil Rektor 1 Unair Prof Syahrani menambahkan, Unair telah menyediakan alat pengacak sinyal atau jammer. Alat tersebut akan disebar ke ruang ujian. ’’Alat itu dapat mengacaukan segala sinyal yang ada di sekitar ruang ujian. Jadi, tidak ada komunikasi dalam bentuk apa pun,” katanya. Satu alat bisa mendeteksi sinyal dalam jarak maksimal 50 meter.

Khusus pelaksanaan SBM PTN mendatang, Unair memasang 34 alat pengacak sinyal. Terbagi menjadi 17 portabel dan 17 berjenis mobile. ’’Semakin kecil peluang kecurangan melalui alat komunikasi,” katanya. Syahrani menjelaskan, tidak hanya saat SBM PTN, alat pengacak sinyal juga dipasang saat ujian seleksi masuk Unair lainnya.

Selain alat pengacak sinyal, beberapa ruang ujian di Unair memasang closed circuit television (CCTV). Dengan begitu, segala gerak-gerik peserta dalam ruang ujian dapat terlihat dengan jelas dari ruang pantau. ’’Meski tidak seluruhnya, sebagian besar ruang ujian di Unair sudah terpasang CCTV. Kami akan mengaktifkan alat itu selama SBM PTN berlangsung,” tambahnya.(ina/bri/c7/oni)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berlomba Menjadi Guru Berprestasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler