Para WNI Tinggal di Malaysia, Salat Id di Indonesia

Kamis, 07 Juli 2016 – 11:48 WIB
WNI yang salat id di Indonesia. Foto: JPG/Jawa Pos

jpnn.com - SEBATIK – Tidak mudah bagi Warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Kampung Sungai Melayu, Sebatik, Malaysia untuk beribadah dengan layak di perbatasan.

Tahun ini mereka masih harus melaksanakan salat Id di Masjid Al-Mukhizin, Desa Seberang, Kecamatan Sebatik Utara, yang masuk wilayah Indonesia.

BACA JUGA: Kakorlantas dan Dirjen Hubdar Minta Tol Digratiskan Jika Macet

Sebab, belum ada masjid di Sungai Melayu yang layak digunakan untuk melaksanakan salat Id. Fasilitas yang tersedia hanya sebuah musala kecil.

''Tiap tahun saya dan keluarga salat Id di Masjid Al-Mukhizin,'' tutur Hasan, seorang WNI.

Jarak rumah Hasan ke Masjid Al-Mukhizin lebih dari 2 kilometer. Dalam kondisi tanah yang basah akibat hujan, akses jalan memang tidak bisa dilintasi dengan sepeda motor.

Sudah beberapa tahun terakhir Hasan bekerja sebagai petani di Sebatik, Malaysia. Lahan sawah yang dikelola Hasan adalah milik warga Malaysia. Dia hanya mengerjakan sawah dengan mendapatkan upah dari pemilik lahan tersebut.

BACA JUGA: Teror Bom Lagi, Menkumham Desak Revisi UU Terorisme Secepatnya

''Untuk merawat lahan padi, saya dibayar tiap bulan RM 300,'' ujar Hasan yang tinggal di Kampung Sungai Melayu bersama istri dan empat anaknya.

Selama tinggal di wilayah Malaysia, Hasan mengaku segala aktivitasnya tidak pernah dipersulit penjaga perbatasan. Keluar masuk wilayah Malaysia-Indonesia sudah menjadi kebiasaannya tanpa menggunakan dokumen resmi apa pun.

Kepala Desa Seberang, Kecamatan Sebatik Utara, Hambali, menjelaskan, saat ini ada 30 kepala keluarga yang tinggal di Sungai Melayu, Malaysia.

 Semuanya adalah WNI. Pekerjaan sehari-harinya petani dan nelayan. Meski tidak memiliki identity card (IC) Malaysia, pihak Malaysia belum pernah menolak mereka.

''Mereka bertani dan melaut. Tanah yang dikelola bukan milik WNI tersebut. Mereka hanya bekerja pada warga Malaysia,'' ucapnya.

Untuk kebutuhan sehari-hari, warga punya dua pilihan. Mereka bisa berbelanja di Pasar Sei Nyamuk, Kecamatan Sebatik Timur, atau memasuki wilayah Tawau, Malaysia. Otoritas Pulau Sebatik terbelah dua. Ada yang masuk wilayah Indonesia, ada juga yang menjadi bagian dari Malaysia. (nal/JPG/c7/pri//flo/jpnn)

BACA JUGA: Antara Bom Solo dan Sebuah Kesempatan Berdampak Pada Anggaran

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... TERUNGKAP! Pelaku Bom Solo Ternyata Berhubungan dengan Tokoh ISIS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler