Pariwisata Meningkat, Makelar Tanah Mengaku Investor

Sabtu, 25 Februari 2017 – 13:56 WIB
Pantai Drini di Kabupaten Gunungkidul, DIY. Foto: Ayatollah Antoni/JPNN.Com

jpnn.com - jpnn.com - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta mencurigai adanya makelar tanah yang bergentayangan untuk membeli tanah warga secara murah, lalu menjualnya ke pihak lain dengan harga berlipat-lipat.

Kecurigaan itu menyusul melonjaknya harga lahan di Gunungkidul yang sedang menikmati booming pariwisata. Saat ini ada makelar berkedok investor yang memburu lahan di sekitar pantai-pantai di Gunungkidul dengan alasan untuk dijadikan hotel atau resort.

BACA JUGA: Momentum Tingkatkan Kerja Sama Energi dan Pariwisata

Yang terungkap antara lain berpindahnya 160 hektare lahan warga di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Gunungkidul ke pihak lain yang disebut-sebut sebagai investor dari Jakarta. Namun, lahan yang berdekatan Pantai Ngrenehan itu tak kunjung dibangun.

Sekda Gunungkidul Drajad Ruswandono menduga pembeli lahan seluas 160 hektare itu hanya makelar. “Sebab hingga sekarang pemilik lahan 160 hektare di pesisir itu belum melakukan pembangunan resort dan hotel seperti kabar yang beredar. Saya ragu, jangan-jangan hanya mekelar tanah,” kata Drajad seperti diberitakan Jawa Pos Radar Jogja.

BACA JUGA: Pariwisata Booming, Lahan Warga Beralih ke Investor

Drajad mengaku sudah lama mendengar tentang adanya pihak yang membeli lahan seluas 160 hektare di Kecamatan Saptosari itu. Namun, dia belum pernah bertemu langsung dengan investornya.

Jika memang serius hendak berinvestasi, katanya, tentu pemilik lahan mengurus perizinannya. “Termasuk izin lokasi, izin mendirikan bangunan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), mutlak harus dipenuhi,” katanya.

BACA JUGA: Yakinlah, Pariwisata Indonesia Jadi Bisnis Masa Depan

Dia juga ragu lahan seluas 160 hektare itu akan dibangun seluruhnya untuk resort. Sebab, lahan 160 hektare tentu sangat luas.

“Mungkin hanya sebagian yang akan digunakan. Karena tidak mungkin kalau 160 hektare lahan itu dibangun semua,” ujar Drajad.

Sebelumnya, Kades Kanigoro Santosa mengatakan animo investor memiliki lahan di desanya sudah berlangsung sejak 2012. Mereka melakukan pembelian lahan di dekat Pantai Ngrenehan, Desa Kanigoro.

“Pembelihan lahan dilakukan bertahap. Sampai sekarang total luasnya mencapai 160 hektare,” kata Santosa.

Lahan seluas 160 hektare tersebut terletak di tiga desa. Khusus Desa Kanigoro sekitar 20 hektare. Sementara paling luas ada di Desa Krambilsawit dan satu desa di Kecamatan Panggang.

“Lahan itu semula milik penduduk setempat. Kemudian warga merelakan lahan dibeli karena beranggapan tanah tidak produktif sebab berada di daerah gersang dan tidak memiliki nilai ekonomis,” ujarnya.

Padahal, pariwisata saat ini berkembang pesat. Harga tanah di wilayah dekat pantai naik lebih dari 10 kali lipat. Dari Rp 20.000 per meter persegi pada 2012, kini mencapai Rp 200.000 per meter persegi.(gun/iwa/mg1)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Musim Arab, Panen Duit di Puncak


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler