Pariwisata Peringkat Ke-4 Penyumbang Devisa Nasional

Rabu, 08 Februari 2017 – 15:59 WIB
Ilustrasi. Foto: Radar Bali/JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Ada yang mengagetkan dari isi sambutan Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Konferensi Forum Rektor Indonesia 2017 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Kamis, pekan lalu.

Tiba-tiba dia berbicara soal DNA atau deoxyribose-nucleic acid bangsa ini. Orang sering menyebut DNA itu semacam cetak biru dari semua makhluk hidup, termasuk manusia di bumi. Apa menariknya?

BACA JUGA: Kembangkan Wisata Bahari, Kemenpar Gandeng KKP

Presiden Jokowi meyakini bahwa bangsa Indonesia itu punya karakter, yang mungkin berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia tak harus menjadi negara industrialis yang berbasis pada manufacture.

"Kalau harus bersaing di bidang IT (Information Technology), atau di industry teknologi, kita sulit mengejar ketinggalan dari negara-negara lain," kata Presiden Jokowi.

BACA JUGA: Bali Masih Jadi Idola Turis Jepang

Dia mengaku sering merenungkan soal DNA bangsa ini. Dia menyebut DNA Indonesia itu spesifik. DNA ini adalah metafora dari karakter bangsa.

"Maka kita harus mengetahui DNA kita, agar tidak salah dalam mengambil langkah-langkah strategi bagi perkembangan bangan ini," kata Jokowi.

BACA JUGA: Gerak Cepat Demi Pengembangan Destinasi Tana Toraja

Dalam berbagai forum Presiden Jokowi berkali-kali menyebut DNA bangsa Indonesia itu ada di cultural industry. Berkarya dalam seni dan budaya.

Bukan manufacture, bukan juga murni agriculture. Dia mencontohkan, tari-tarian bernuansa tradisi, seperti saat pembukaan acara, itu tidak terjadi di negara lain. Kalaupun ada di Negara lain, itu lebih ke kontemporer yang kering dengan seni budaya.

"Saya kadang-kadang berpikir apakah tidak sebaiknya kita mengembangkan core bussiness kita dengan seni budaya?” lanjut Jokowi.

Bisa saja seni budaya ini dijadikan dasar untuk mengembangkan sektor pariwisata yang menjadi keunggulan bangsa Indonesia.

Pariwisata tahun 2016 lalu ditetapkan sebagai 5lima besar prioritas pembangunan pemerintah, yakni infrastruktur, pangan, energi, maritim dan pariwisata. Tahun 2017 ini, prioritasnya ada tiga, yakni pengolahan, pertanian dan pariwisata.

Maka, lanjut  Jokowi, tugas kaum cendekiawan adalah merumuskan konsep pendidikan yang membuat bangsa ini bisa lebih kompetitif dengan bangsa lain. Tentunya konsep pendidikan ini juga harus berpijak pada karakter bangsa.

"Inilah kekuatan kita, DNA kita di seni budaya. Mungkin ini jadi kekuatan kita ke depan. Saya ingin dari forum ini lahir konsep-konsep pendidikan yang mengubah bangsa kita menjadi lebih kompetitif," kata Jokowi.

Menpar Arief Yahya cukup bersemangat dengan statemen Jokowi itu.

“Apa yang dipikirkan Presiden Jokowi itu sudah tepat. Korea Selatan saat ini mengembangkan cultural industry, dan sudah menggeser manufacture yang sudah bertahun-tahun menjadi kekuatan Korea. Pariwisata termasuk dalam cultural industry,” ujar pria asal Banyuwangi itu.

Arief juga menjelaskan bahwa people are the real deferentiator.

Dia juga meyakini yang membedakan antara satu bangsa dengan bangsa lain adalah manusianya.

Yang membedakan satu keluarga dengan keluarga lain adalah manusianya. Dan yang membedakan satu manusia dengan manusia yang lain adalah karakter dan kompetensinya.

“Hanya di cultural industry, di pariwisata, bangsa kita bisa tampil sebagai juara, kita kuat di dunia internasional,” jelas lulusan ITB Bandung, Surrey University Inggris, dan Program Doktoral Unpad Bandung.

Menpar Arief menyebut, pariwisata adalah sector yang bakal menjadi penyumbang PDB, devisa dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah.

Pariwisata menyumbangkan sepuluh persen PDB nasional, dengan nominal tertinggi di ASEAN. PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8 persen dengan trend naik sampai 6,9 persen.

Angka itu jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif dan pertambangan.

“Devisa pariwisata itu tiap USD 1 juta, menghasilkan PDB USD 1,7 Juta atau 170 persen, tertinggi dibanding industri lainnya. Pariwisata peringkat keempat penyumbang devisa nasional, sebesar 9,3 persen dibandingkan industri lainnya. Pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata tertinggi, yaitu 13 persen, dibandingkan industri minyak gas bumi, batu bara, dan minyak kelapa sawit yang pertumbuhannya negatif. Biaya marketing yang diperlukan hanya dua persen dari proyeksi devisa yang dihasilkan,” kata Arief Yahya.

Soal tenaga kerja, Menpar Arief Yahya juga menegaskan, pariwisata penyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan, atau sebesar 8,4 persen secara nasional dan menempati urutan keempat dari seluruh sektor industri.

Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata tumbuh 30 persen dalam waktu lima tahun.

“Karena itu, menempatkan sector pariwisata sebagai prioritas itu sudah keputusan yang betul. Di sector inilah, dengan segala potensinya, kita bisa berkompetisi dengan negara mana pun di dunia,” ungkap dia. (jpnn)                   

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ambon Siapkan 4 Event Kelas Dunia


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler