Seperti untuk pohon natal, panitia menatanya menggunakan rangkaian bunga yang terbentuk dari potongan kain batik daur ulang, pinus yang dikeringkan, jerami kering, ranting yang berasal dari bumi nusantara, lengkap dengan bola-bola kecil dan kaos kaki natal berwarna hijau dan merah.
Pohon-pohon ini terpajang mulai dari tenda di gerbang depan, hingga ke dalam gereja. Sehingga tak ayal, bagi umat yang usai melakukan misa, banyak menyempatkan diri berfoto sejenak.
Demikian juga dengan "kandang domba" yang persis terletak di sebelah kanan altar. Semuanya ditata bermotifkan batik dengan menggunakan unsur bahan-bahan daur ulang dan bahan alam yang mudah ditemukan. Baik itu kayu, jerami, batang padi dan lesung.
Menurut Koordinator Humas Panitia Natal Susyana Suwadie, pemilihan kandang diambil karena masyarakat Indonesia lebih dekat dengan konsep tersebut daripada gua natal. Sementara corak batik, dimaksudkan agar corak budaya asli Indonesia menyatu dengan umat yang hadir merayakan natal.
"Jadi hal-hal ini diharapkan membantu umat merasakan Tuhan yang lahir dan dekat dengan manusia," katanya di Jakarta, Selasa (25/12).
Selain itu, kandang domba menurutnya, juga merupakan cerminan kesederhanaan dan kerendahan hati. "Jadi dekorasi kandang domba natal yang sederhana, dimaksudkan sebagai bentuk bela rasa terhadap sesama yang membutuhkan dan hidup sederhana sebagai usaha membangun hidup yang solider, rukun dan bersaudara," katanya.
Sementara itu pemilihan corak batik, dimaksudkan mengajak umat kembali pada kekayaan tradisi dan warisan budaya. Hal ini sejalan dengan pesan Natal Bersama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) yang meminta umat melestarikan dan menjaga keutuhan ciptaanNya dari prilaku sewenang-wenang dalam mengelola alam.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus IM2 Dinilai tak Layak ke Pengadilan
Redaktur : Tim Redaksi