Parpol Risau Persepsi

Rabu, 22 Februari 2012 – 08:15 WIB

JAKARTA - Kalangan elite parpol mengalami "kegalauan" terhadap tren penurunan kepercayaan publik terhadap politik. Salah satu indikasinya terlihat dari temuan beberapa lembaga survei belakangan ini.

Fenomena runtuhnya tingkat electoral Partai Demokrat, ternyata tak membuat tren electoral partai lain meningkat signifikan. Malah beberapa partai ikut turun. "Ini sungguh-sungguh ancaman dan peringatan keras bagi parpol," kata Ketua DPP Partai Hanura Akbar Faizal di gedung DPR, Selasa 21/2).

Hasil survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) membuktikan itu. Tren electoral Partai Demokrat per Februari 2012 turun sampai 13,7 persen. Penurunan itu sangat jauh bila dibandingkan dengan perolehan suara saat Pemilu 2009, yaitu 21,6 persen.

Golkar naik menjadi 15,5 persen. Berturut -turut di bawahnya Partai Demokrat (13,7), PDIP (13,6), Partai Gerindra (4,9), PPP (4,9), PKB (4,6), dan PAN (4,1), PKS (3,7), Partai Hanura (1,2), dan partai lain (5,1). "Pemenang sejatinya" adalah undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan sebanyak 28,9 persen.

Akbar mengaku "bingung dan sedih" dengan rendahnya penilaian publik terhadap partainya. Dalam survei terakhir LSI itu, Hanura memang berada di urutan paling buncit dengan 1,2 persen.

"Parpol kami tidak pernah bermasalah. Makanya, kami berani bikin tagline Hanura tak pernah khianat. Tapi, mengapa persepsi publik terhadap Hanura tidak sebesar parpol-parpol yang setiap hari bermasalah itu ya?" kata Akbar.

Dia menyatakan bukan ingin menyalahkan hasil survei. Akbar menduga ini anomali proses demokrasi. "Menyedihkan sekali kalau tingkat keterpilihan hanya dipengaruhi kemampuan parpol untuk memasang iklan di televisi," ujar anggota Komisi II DPR itu.

Akbar menambahkan, mesin politik Hanura sejauh ini bekerja dengan sangat baik sampai ke level daerah. Bahkan, perolehan kursi DPRD mereka berada di urutan enam secara nasional. Jumlahnya lebih dari 1.000 kursi.
"Dalam hal mesin parpol, kami masih lebih baik daripada beberapa parpol yang hadir lebih dulu. Tapi, kami memang harus terus bekerja keras," kata Akbar.

Kekhawatiran yang sama diungkapkan Sekjen DPP PKS Anis Matta. Menurut dia, semua parpol tengah menghadapi distrust society. "Soal suara parpol naik turun itu biasa. Tapi, yang menjadi persoalan (dari distrust society, Red), kita semua tidak bisa bekerja. Ongkos ketidakpercayaan itu terlalu mahal," ujar wakil ketua DPR itu.

Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo menduga tingginya potensi undecided voters disebabkan pemilih masih mencermati dinamika politik yang ada. Pemilu juga masih dua tahun ke depan. "Tentu masih akan ada pertimbangan dan pencermatan sebelum mengambil keputusan akan pilihan politiknya," kata Tjahjo. (pri/c2)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fraksi Gencar Lakukan Lobi, Kejar Target RUU Pemilu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler