Pasangan Dino Medina Kaist dan Carolina Castro asal Melbourne pergi ke Bali untuk liburan romantis. Tapi semua jadi buyar karena perahu yang mereka tumpangi tenggelam di perairan Sanur, Bali.

Selasa kemarin, perahu Kebo Iwa Express mulai tenggelam setelah 25 menit melewati gelombang laut dalam perjalanan dari Nusa Penida ke Sanur, seperti yang dijelaskan Mauti Group Fast Boats yang mengoperasikan perahu tersebut.

BACA JUGA: Seekor Anjing Kecil Nyaris Mati Terlilit Ular Piton Sepanjang 3,5 Meter di Australia

Kepada ABC, Dino dan Carolina mengatakan sejak awal perjalanan, mereka merasa perahu melaju terlalu cepat, kemudian mereka memakai jaket pelampung.

Lalu Dino mengatakan "air mulai bocor" ke dalam perahu.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: WHO Sebut Data COVID Tiongkok Tak Gambarkan Situasi Sebenarnya

"Masuk sedikit ... lalu semakin banyak," ujarnya.

Pasangan yang bertunangan pada malam tahun baru di Nusa Penida itu mengaku masih terguncang dan merasa berat untuk menceritakan apa yang mereka alami.

BACA JUGA: Perahu yang Mengangkut Turis Tenggelam di Bali, 34 Orang Selamat

Saat kejadian, Dino mengaku para penumpang diminta untuk tidak panik dan tidak perlu memakai jaket pelampung, bahkan saat air mulai masuk ke perahu.

"Tapi orang-orang kemudian menggunakan jaket pelampung," kata Dino.

Saat air mulai masuk ke perahu, Carolina mengaku ia mulai alami serangan kepanikan.

Pasangan ini kemudian naik ke bagian atas perahu, lalu diselamatkan oleh awak dari perahu terdekat.Bantahan soal saran tak perlu pakai jaket pelampung

Kadek Ariana, manajer dari Maruti Group Fast Boats membantah dengan keras tuduhan dari pasangan tersebut, yang mengatakan jika ada saran bahwa jaket pelampung tidak terlalu perlu untuk dipakai.

Ariana mengatakan justru awak perahu yang meminta agar para penumpang memakai jaket pelampung.

"Masa dengan kondisi seperti itu kita tidak menyarankan mereka memakai life jacket? Justru semua memakai life jacket, karena kru kita yang meminta," ujar Ariana.

Ariana mengatakan insiden tenggelamnya perahu cepat disebabkan oleh ranting pohon atau benda lain yang hanyut ke laut akibat cuaca yang buruk sehari sebelumnya.

"Sehari sebelum kejadian kita tidak diizinkan melakukan perjalanan, kita menginap di Nusa Penida karena cuacanya buruk. Itu sudah prosedurnya," ujarnya.

"Kondisi ini berada di luar kendali kita. Jujur saja kita juga tidak ingin ada kejadian ini, karena Bali juga sedang pemulihan pariwisata," tambah Ariana.

"Kita sangat menyesalkan ini terjadi, ini benar-benar menjadi apesnya saya."

Ariana mengatakan perusahaannya sudah mengoperasikan perahu untuk turis selama hampir 11 tahun.

Di antara penumpang yang berada dalam perahu tersebut adalah turis dari Australia, Rusia, Ukraina, dan India.

Dino dan Carolina, asal Argentina, sudah tinggal di Australia sejak 2018 sebagai mahasiswa.

Mereka rencananya akan kembali ke Melbourne Jumat besok.

Tapi keduanya tidak yakin bagaimana bisa kembali ke Australia tanpa barang-barang pribadi mereka, termasuk paspor Carolina, yang hilang di laut.

Rekaman yang beredar di media sosial tak lama setelah kejadian, menunjukkan orang-orang menggunakan jaket pelampung di tengah laut, sementara setengah dari perahu sudah berada di bawah air.

Kepala Basarnas Bali, Gede Darmada, mengatakan semua penumpang dan awak diselamatkan oleh empat kapal yang kebetulan berada di sekitar lokasi.

Selama penyelamatan penumpang dan awak, kondisi cuaca sedang "ekstrim" dengan angin kencang, seperti dikatakan Basarnas Bali.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Tanggapan Tiongkok Soal Aturan Tes COVID Bagi Warganya

Berita Terkait