JAKARTA - Vice President Chief Economist Strategic Planning Division PT Bank Negara Indonesia (BNI), Ryan Kiryanto memproyeksikan, pasar baja di Indonesia tahun ini bisa mencapai 9,5 juta ton naik 53,4 persen atau setara Rp 63,7 triliun ketimbang pencapaian pada 2010 yang sebesar Rp 41,5 triliun.
"Konsumsi baja dari sektor manufaktur dan konstruksi diperkirakan naik tajam tahun ini, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang diramal bisa mencapai 6,4 persen," ujarnya di Jakarta, Selasa (12/7)
Dia menuturkan, sektor kontruksi diperkirakantumbuh 7,3 persen dibanding tahun lalu yang hanya 6,8 persen dan manufaktur tumbuh 6,2 persen dari realisasi 2010 yang sebesar 5 persen
BACA JUGA: Lotte Kuasai Ritel Indonesia
Pada semester I-2011, perkembangan industri metal dunia memperlihatkan perkembangan signifikan
BACA JUGA: KS Cairkan Utang Rp 3,6 Triliun
Dia menambahkan, Indonesia sebagai salah satu negara produsen sekaligus eksportir komoditi logam berat, tentu memperoleh keuntungan dari kondisi tersebut
Namun saat ini sekitar 4-5 juta ton pasokan baja yang ditujukan guna memenuhi kebutuhan nasional masih diimpor, angka itu hampir setara dengan 40-50 persen dari total kebutuhan baja nasional
BACA JUGA: Jelang Lebaran, Mamin Impor Naik
Hal itu akan mendorong investasi baja di Indonesia tetap menarik bagi perusahaan domestik dan asingNamun, calon investor baja perlu mengantisipasi persaingan dengan produk impor baja murah asal Cina yang selama ini diduga membanjiri pasar Indonesia
Ia melanjutkan, sektor perbankan saat ini memiliki kelebihan dana yang belum dapat disalurkan, bahkan pemerintah sendiri memiliki dana Rp 600 triliun yang juga belum disalurkan(lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PermataTel Sabet MURI
Redaktur : Tim Redaksi