Pasar di Jawa Anjlok, Incocement Bidik Indonesia Timur

Selasa, 02 Agustus 2016 – 01:17 WIB
Ilustrasi. Foto: Ist

jpnn.com - JAKARTA- Persaingan yang semakin sengit membuat PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) terus berusaha menggenjot kinerja penjualan. Pasalnya, sepuluh merek baru menyerbu Indonesia.

Alhasil, pangsa pasar di beberapa wilayah menurun. Salah satunya di Jawa Barat yang anjlok menjadi 48 persen. Padahal, sebelumnya pangsa pasar di daerah itu mencapai 52,4 persen.

BACA JUGA: Pasokan Pertamina Geothermal Energy Meningkat

Kondisi itu mengharuskan perusahaan mencari daerah ‘jajahan’ baru untuk tetap eksis. Terutama di kawasan luar pula Jawa macam Sumatera dan Indonesia Timur (Intim).

“Ya, mau tidak mau harus membuka lahan baru di luar Jawa,” tutur Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Christian Kartawijaya di Jakarta kemarin.

BACA JUGA: DPR Minta Pemerintah Lunasi Utang Ke PT PIM

Untuk melancarkan aksi itu, perseroan telah membangun terminal semen di Pontianak, Lombok dan Kalimantan Utara. Perusahaan semen besar lain juga bakal melakukan hal serupa.

Tahun ini, perusahaan bakal mempunyai kapasitas terpasang 90 juta ton. Dengan begitu, akan ada 27 juta ton kelebihan pasokan (oversupply). Padahal, pasar semen nasional pada paruh pertama tahun ini baru tumbuh tiga persen.

BACA JUGA: Keren, Beli Saham Cukup Lewat Chat

Nah, pada semester dua diprediksi permintaan semen akan tumbuh lima persen. Kalau dirata-rata pertumbuhan permintaan semen sepanjang tahun ini bisa mencapai empat persen.

Lonjakan pertumbuhan permintaan semen terjadi setelah pemerintah meluncurkan program pengampunan pajak (tax amnesty) dan suku bunga Bank Indonesia (BI) rendah.

Pada semester dua ini perseroan diuntunngkan dengan pengoperasian pabrik baru yaitu P14 berkapasitas 4,4 juta ton per tahun. Pabrik P14 itu, saat ini memasuki tahap  akhir dan diperkirakan siap beroperasi kuartal tiga. ”Mudah-mudahan sesuai dan tidak meleset dari skenario,” harap Christian.

Pada semester pertama, perusahaan mencatat laba bersih Rp 2,43 triliun, tumbuh 5,2 persen dari realisasi periode sama tahun lalu.

Pertumbuhan laba bersih ditopang tax evaluasi. Pendapatan terpangkas 12,8 persen menjadi Rp 7,74 triliun dipicu koreksi harga rata-rata hingga 10,7 persen diikuti volume penjualan domestik merosot 3,7 persen. (far/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Horeee..Rupiah Menguat, Tarif Listrik Agustus Turun Jadi...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler