Liburan Natal dan Malam Tahun Baru sering dimanfaatkan warga untuk menyortir barang-barang di rumah mereka. Dan karena itulah pekan pertama kerja pasca liburan Natal selalu menjadi waktu yang sibuk bagi pengelola lembaga amal yang kebanjiran sumbangan barang tidak terpakai dari warga. Tumpukan kantong plastik setinggi beberapa meter dan keranjang sampah membuat gudang milik lembaga amal St Vincent de Paul di Darwin nyaris tidak bisa dimasuki lagi di hari pertama kerja tahun 2016. "Barang-barang ini baru datang hari ini,” kata salah seorang pekerja di gudang, Gavin Russell. "Jangan mengambil barang dibagian bawah, karena pasti akan jatuh dan menutup jalan masuk,” tambahnya. Di sekeliling gudang milik lembaga amal itu tampak gundukan barang lainnya mulai dari pakaian, bahan polyester, plastik dan elektronik menunggu di sortir. "Ini bagian dari acara bersih-bersih rumah warga pada hari Natal dan Malam Tahun Baru,”kata Russell. "Ini merupakan satu-satunya waktu dimana warga memiliki waktu luang untuk bersama anak dan keluarga di rumah menyortir barang-barang. Mereka juga mungkin banyak membeli barang pada saat Natal dan memutuskan untuk menyingkirkan barang yang lama,” katanya. Setiap tahun minggu-minggu setelah Natal, lembaga amal di Darwin, toko barang seken dan keranjang donasi selalu banjir barang bekas yang disumbangkan masyarakat. "Sampah sumbangan ini benar-benar menyesaki gudang dan kantor kami. Kami bahkan berusaha mendorong orang untuk mengantarkan barangnya sampai toko kami buka agar tidak kepenuhan,” kata Russell. Diantara barang bekas yang diterima Lembaga amal St Vincent tahun ini adalah berbagai jenis pakaian anak baik yang masih layak pakai maupun sudah robek, kereta dorong bayi, kotak mainan anak, gaun pengantin yang baru sekali dikenakan dan masih memiliki label, hadiah natal yang masih dibungkus dan lap dapur yang ditandatangani bintang Men At Work, Colin Hay. "Ada juga beberapa barang sampah yang kami terima, tapi kami juga menerima banyak sekali barang-barang yang masih dalam kondisi sangat baik, dan kami benar-benar perlu kerja keras untuk membereskannya,” kata Russell. "Kami  berusaha untuk menyelesaikannya secepat mungkin tapi Anda lihat sendiri, banyak sekali barang yang mesti kami tangani,” "Kami hanya harus menyortir sampah dari barang sumbangan ini agar tidak mengotori dan merusak barang lainnya,” Rachael Bowker, relawan di St Vincent, Darwin mengatakan mengingat banyaknya sumbangan yang mereka terima, Ia memperkirakan butuh waktu 6 pekan bagi mereka untuk menyelesaikan tugas menyortir barang sumbangan Natal yang berharga ini. Setelah itu mereka baru bisa menjualnya di toko amal atau dikirim ke warga yang membutuhkan. “Terkadang kami sangat lelah melihat tumpukan barang yang tidak kunjung berkurang, tapi bagus banyak warga yang mendukung kami,” Kondisi serupa juga dihadapi oleh lembaga amal Anglicare NT, ruangan di kantor lembaga amal ini yang biasanya kosong, kini penuh dengan kantong plastik dan troli belanja yang penuh dengan buku-buku lama. "Ini donasi yang kami terima hari ini saja, kata salah satu pengurus Anglicare NT, Julie Hoare sambil membereskan barang-barang tersebut. Saking sibuknya menyortir barang, Hoare mengaku ia sampai mengingatkan warga untuk menghubungi mereka dahulu sebelum mengantarkan barang yang hendak mereka sumbangkan. “Kami tidak ingin warga merasa ditolak sumbangannya, tapi kami terpaksa melakukannya karena alasan yang kuat,” "Membereskan dan menyortir barang sumbangan ini memakan waktu dan tenaga, kami bahkan butuh belasan orang untuk melakukannya,” Baik Anglicare dan St Vincent juga meminta warga untuk tidak menjadikan lembaganya sebagai tempat pembuangan sampah, karena beberapa kali lembaga ini juga menerima sumbangan barang yang kotor. Hoare mengatakan banjir sumbangan barang bekas ini mungkin dikarenakan kegiatan bersih-bersih di masa liburan musim semi dan juga karena meningkatnya jumlah penduduk sementara di Darwin, dimana semakin banyak orang yang mengantar barang yang tidak lagi mereka inginkan lantaran mereka pindah ke negara bagian lain selama musim liburan Natal. Item paling umum yang banyak ditinggalkan adalah mesin pembuat jus. "Semua orang di Darwin gemar sekali dengan buah dan jus. Kami mungkin mendapatkan 3-4 pembuat Jus dalam satu minggu,” katanya. 

BACA JUGA: Belasan Burung Beo Langka Mati Dimakan Tikus Dianggap Memalukan Australia

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendiang Balita Canberra Ini Jadi Pendonor Organ Termuda di Australia

Berita Terkait