KUPANG - Salah satu pasien cuci darah di RSU WZ.Yohannes Kupang, Fransiskus Nesi mengeluhkan sistim pelayanan yang diberikan rumah sakit milik pemerintah provinsi itu. Karena pelayanan dokter termasuk pemberian resep dilakukan menggunakan telepon.
"Kami sesalkan karena komunikasi antara dokter dan perawat di ruangan itu untuk menangani suami saya, termasuk pemberian resep obat dilakukan melalui telepon," kata isteri pasien, Theresia Amanda Eno, Jumat (24/5).
Menurut dia, pelayanan yang tidak maksimal itu membuat suaminya mengalami koma beberapa hari lalu, karena tidak ada penanganan dari dokter. Theresia menjelaskan, suaminya menjalani cuci darah sekitar setahun lamanya. Perawatan yang dilakukan selama ini berjalan normal. Cuci darah yang dilakukan sebelumnya dilakukan dua kali dalam seminggu yakni Selasa dan Jumat. Namun akhir- akhir ini, perawatan cuci darah dilakukan tiga kali dalam seminggu, yakni Selasa, Kamis dan Sabtu. "Penambahan hari cuci darah selama seminggu karena kondisi kesehatan mengharuskan demikian," katanya.
Dia mengatakan, persoalan terjadi ketika suaminya opname di RSUD W. Z. Johannes. Dokter melalui perawat yang ada di ruangan tempat suaminya dirawat menyatakan bahwa suaminya tidak bisa dilayani cuci darah, karena tekanan daranya naik.
"Dokter yang menangani hampir tidak pernah datang untuk menemui pasien atau keluarga untuk mengecek kondisi kesehatan terkini, tapi tahu kondisinya demikian. saya heran," katanya.
Anggota Komisi D yang membidangi kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan DPRD NTT, Anton Timo menyatakan, manajemen rumah sakit milik pemerintah provinsi itu harus berbenah diri. Sehingga pasien yang datang berobat atau opname di rumah sakit itu tidak diterlantarkan. "Penempatan orang harus benar pada tempat yang sesuai keahlian," katanya. (teo/vit)
"Kami sesalkan karena komunikasi antara dokter dan perawat di ruangan itu untuk menangani suami saya, termasuk pemberian resep obat dilakukan melalui telepon," kata isteri pasien, Theresia Amanda Eno, Jumat (24/5).
Menurut dia, pelayanan yang tidak maksimal itu membuat suaminya mengalami koma beberapa hari lalu, karena tidak ada penanganan dari dokter. Theresia menjelaskan, suaminya menjalani cuci darah sekitar setahun lamanya. Perawatan yang dilakukan selama ini berjalan normal. Cuci darah yang dilakukan sebelumnya dilakukan dua kali dalam seminggu yakni Selasa dan Jumat. Namun akhir- akhir ini, perawatan cuci darah dilakukan tiga kali dalam seminggu, yakni Selasa, Kamis dan Sabtu. "Penambahan hari cuci darah selama seminggu karena kondisi kesehatan mengharuskan demikian," katanya.
Dia mengatakan, persoalan terjadi ketika suaminya opname di RSUD W. Z. Johannes. Dokter melalui perawat yang ada di ruangan tempat suaminya dirawat menyatakan bahwa suaminya tidak bisa dilayani cuci darah, karena tekanan daranya naik.
"Dokter yang menangani hampir tidak pernah datang untuk menemui pasien atau keluarga untuk mengecek kondisi kesehatan terkini, tapi tahu kondisinya demikian. saya heran," katanya.
Anggota Komisi D yang membidangi kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan DPRD NTT, Anton Timo menyatakan, manajemen rumah sakit milik pemerintah provinsi itu harus berbenah diri. Sehingga pasien yang datang berobat atau opname di rumah sakit itu tidak diterlantarkan. "Penempatan orang harus benar pada tempat yang sesuai keahlian," katanya. (teo/vit)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Massa Tuntut DKPP Periksa KPUD Penajam Paser Utara
Redaktur : Tim Redaksi