Demikian diungkapkan Nobertus Wadu Mola, staf pada pos pendamping Jamkesmas, Jamkesda dan Jampersal kepada Timor Express (Grup JPNN), Selasa (30/10) di RSU Kupang. Dikatakan, pembelian obat oleh pasien Jamkesda terjadi karena dokter yang memberikan resep obat paten tidak melihat ke formularium obat Jamkesmas.
"Masih banyak pasien Jamkesmas yang beli obat dan itu kesalahan ada pada dokter yang menangani pasien tersebut saat memberikan resep," jelasnya seraya menambahkan, sejak pos pendamping Jamkesmas berdiri di RSU Kupang, hampir setiap harinya pasien Jamkesda ada yang membeli obat, meski mereka telah dijamin oleh pemerintah.
Mereka yang pernah membeli obat itu yakni Fransina Ludji, Diana, Jane Beda, David Hau, Yunus Haning, Jufri dan masih banyak lagi pasien Jamkesmas yang pernah melaporkan kejadian tersebut.
Terpisah, beberapa pasien Jamkesmas yakni Wahri, Hairul Anwar, Warni Tiran-Missa yang ditemui Timor Express melalui keluarga mereka yang berada di RSU Kupang, Selasa kemarin mengatakan, pembelian obat telah beberapa kali mereka lakukan sebelum mengetahui adanya pos pendamping Jamkesmas di RSU Kupang untuk membantu mereka.
"Kita sudah beli obat beberapa kali dan itu resep yang dibuatkan oleh dokter. Namun setelah didampingi pos pendamping kita tidak pernah lagi membeli obat,” ungkap salah seorang keluarga pasien yang dibenarkan Nobertus Wadu Mola saat dikonfirmasi balik keluhan pasien itu.
"Benar, pasien Wahri, Hairul Anwar dan Marni sudah telanjur membeli obat, tapi setelah didampingi, obat tersebut diambil tanpa ada biaya," terangnya sembari menjelaskan, masih banyak pasien Jamkesmas yang dipermainkan oleh RSU Kupang. Untuk itu, diharapkan agar pasien Jamkesmas yang ada di Kota Kupang dan sekitarnya dapat melaporkan kejadian yang tidak wajar yang dilakukan pihak rumah sakit kepadanya. (ayr/ays)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aksi Teror Tak Pengaruhi Distribusi Raskin
Redaktur : Tim Redaksi